Sari Purwati, Direktur Klik Madura
————-
Oleh-oleh perjalanan Malaysia-Singapura Part 1
TERDENGAR sepele memang, tapi percayalah, selagi muda mulailah olahraga ringan. Salah satunya, jalan kaki. Mulailah langkahmu dan hitung langkah harianmu.
Perjalanan saya selama 4 hari 3 malam di Malaysia, tepatnya di Kuala Lumpur dan Singapura bukan diniatkan sebagai liburan. Ada alasan saya memilih menjadi solo traveller, salah satunya karena kapok liburan ikut travel. (soal ini akan saya bahas lain bab).
Rencana saya mengunjungi 2 negera yaitu Malaysia dan Singapura hanya satu, saya ingin mbolang, menikmati dan merasakan langsung kehidupan di dua negara tersebut sebagai wisatawan asing. (cieeee, bule lokal istilahnya)
Iya, saya penasaran melihat secara dekat negara-negara yang luar biasa pemkembangannnya, merasakan alat transportasi umum yang mereka gunakan dan pastinya merasakan kulineran di sana tanpa harus dibatasi oleh jadwal itenery yang dibuat pihak travel.
Dan, sungguh perjalanan kali ini — padahal ini kali kedua ke luar negeri — adalah perjalanan yang sangat norak bagi saya sendiri. hahaha.
Saya dibuat berdecak kagum dengan semua yang disuguhkan di negera Upin Ipin tersebut. Kebetulan saya menginap di hotel sekitar Bukit Bintang, yang mana hotel ini berada di pusat kota Kuala Lumpur.
Hampir setiap hari saya berjalan kaki, dan tercatat lebih dari 10 ribu langkah setiap hari. Tidak ada yang aneh, sebab mulai pagi buta sampai tengah malam sudah banyak aktivitas pejalan kaki di wilayah kota. Dan semua, iya hampir semua yang berlalu lalang adalah wisatawan asing.
Keluar dari hotel jarang sekali saya melihat ada sepeda motor roda dua berkeliaran kecuali sepeda motor dengan rak kecil di jok belakang dan bertuliskan GRAB.
Bahkan, aplikasi GRAB yang saya unduh untuk kebutuhan transportasi saya selama di Malaysia tidak menyediakan pilihan sepeda motor.
Jangan berpikir orang-orang yang berjalan kaki mereka terlihat biasa saja. Hampir semua yang saya temui mereka menenteng tas branded, fashionable dan sangat rapi. Sepertinya, cuma saya yang terlihat gembel kali ya?. Maksudnya biasa biasa saja.
Kuala lumpur tidak pernah tidur, Kuala Lumpur ramah wisatawan. Kuala Lumpur ramah pejalan kaki. Jadi, jangan heran kalau sepanjang jalan jarang sekali terdengar komunikasi Bahasa Melayu, yang ada kebanyakan Bahasa Inggris, India dan China. Jadi, wajar jika saya merasa tidak berjalan di Malaysia yang masih satu rumpun dengan Indonesia.
Maka, sebelum saya membahas tentang culture shock saya di Kuala Lumpur yang akan membuat kalian tertarik melancong kesana. Coba dari sekarang mulailah dengan kebiasaan berjalan kaki, jangan malas, apa-apa pakai Gojek atau pakai sepeda motor.
Kuatkan kakimu dan hitung langkah harianmu lalu rencakan melancong ke negeri orang meski hanya buat nyobain kaki jalan-jalan. Jalan kaki itu menyehatkan, terlatih kuat dibuat jalan itu bonus, apalagi ditambah langsing, bonus ini yang paling diharapkan oleh kaum hawa. hehehe.
Next kita bahas kenapa harus ke Kuala Lumpur dan Singapura ??? baca di catatan part dua ya… (*)