Ternyata Musik Saronen Dulunya Dijadikan Sarana Dakwah, Ada Nilai Filosofisnya

- Jurnalis

Selasa, 13 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salah satu grup musik Saronen saat menghibur warga di Desa Aeng Baja Kenek, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep.

Salah satu grup musik Saronen saat menghibur warga di Desa Aeng Baja Kenek, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep.

IMDAD FAIHA ILA SABILA, Reporter Klik Madura

—————-

ADA yang pernah menonton karapan sapi Madura? Biasanya terdapat musik penggiring selama acara karapan berlangsung.

Musik tersebut bernama Saronen. Asal muasalnya dari Timur Tengah yang dikenal dengan berbagai versi nama. Di antaranya, sunnai, sarune, maupun shannai.

Dahulu kala, alat musik Saronen digunakan sebagai media dakwah. Instrument Saronen berjumlah sembilan dan dipercaya sebagai filosofis dari Bis Mil La Hir Rah Ma Nir Ro Him.

Dalam sejarah lain, mulanya Saronen yang dikenal dengan Sannenan tersebut dimainkan setiap hari Senin di Pasar Ganding, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Madura.

Disebutkan, kesenian yang telah berusia 500 tahun itu diciptakan oleh Kiai Khatib yang berdakwah di bidang pertanian .

Baca juga :  Kue dalam Keranjang?

Saat ini Saronen dikaitkan dengan penggelaran acara karapan sapi atau kuda serta tarian topeng untuk acara ritual tertentu.

Instrument ini diikuti oleh dua pelawak yang menari  sesuai dengan irama musik. Kemudian, sesekali dua pelawak tersebut melontarkan pantun yang berisi dakwah berupa ajakan kepada masyarakat untuk menganut agama Islam dengan sempurna atau Kaffah.

Namun, seiring berjalannya waktu, Saronen dijadikan pengiring pengantin, khitanan, rokat tase’, karapan sapi, sapi sonok dan adat upacara atau peringatan sakral lainnya.

Bentuk Saronen seperti alat tiup yang berbentuk kerucut terbuat dari kayu jati dan memiliki enam lubang berderet du depan dan satu lubang dibelakang.

Baca juga :  Tentang Mindset yang Kacau

Terdapat gelang kecil sebagai pengait antara bagian bawah dengan bagian atas yang ujungnta terbuat dari daun siwalan .

Uniknya, di bagian pangkal terdapat sayap  yang memiliki bentuk seperti kumis terbuat dari tempurung kelapa sehingga memberikan kesan gagah dan perkasa bagi penggunanya.

Irama yang keluar dari alat musik ini sedikit sengau melengking hingga meliuk-liuk. Kolaborasi antara alat musik Saronen dengan lainnya menghasilkan irama yang selaras dan indah.

Meskipun umumnya memiliki irama  sarka’ atau irama kuat, namun Saronen juga dapat menghasilkan irama sedang. Pada saat mengisi karapa sapi, biasanya orang-orang akan bermain dengan irama sarka’ untuk memberikan semangat baik kepada sapi, pemilik maupun penggiringnya.

Baca juga :  Sebuah Resolusi 2025

Untuk busana pemainnya, tidak kalah mainstream. Mereka juga menggunakan kostum ketika  memainkan Saronen.

Seperti menggunakan celana panjang gembor dengan sapit urang, kemeja lengan panjang dengan warna yang mencolok, rompi berwarna kontras, lalu kain panjang yang digunakan dengan cara sapit urang.

Kemudian, ikat kepala yang dihiasi bulu ayam imitasi, lalu aepatu olahraga berwarna mencolok serta kaos kaki panjang seperti pemain bola dan terakhir yang tidak boleh ketinggalan adalah kacamata hitam.

Kira-kira di daerah kalian masih ada yang menggunakan alat musik Saronen sebagai penggiring acara?

Bangga sekali jadi warga Madura, semoga  senantiasa tetap merawat dan mempertahankan  tradisi dan budaya yang ada di Pulau Madura. (*)

Berita Terkait

Kue dalam Keranjang?
Mengenal Kadam Sidik, Pendakwah Muda Idola Kaum Hawa Asli Bangkalan
Sebuah Resolusi 2025
Nikmatnya Solo Travel 
Tentang Mindset yang Kacau
Kuala Lumpur Tidak Pernah Tidur
Mulailah Jalan Kaki
Jejak-jejak Petilasan Pengeran Jokotole di Desa Pakandangan Barat, Kabupaten Sumenep, Madura

Berita Terkait

Selasa, 28 Januari 2025 - 10:37 WIB

Kue dalam Keranjang?

Rabu, 15 Januari 2025 - 08:49 WIB

Mengenal Kadam Sidik, Pendakwah Muda Idola Kaum Hawa Asli Bangkalan

Selasa, 31 Desember 2024 - 17:42 WIB

Sebuah Resolusi 2025

Rabu, 11 Desember 2024 - 07:00 WIB

Nikmatnya Solo Travel 

Minggu, 1 Desember 2024 - 09:05 WIB

Tentang Mindset yang Kacau

Berita Terbaru