Jejak-jejak Petilasan Pengeran Jokotole di Desa Pakandangan Barat, Kabupaten Sumenep, Madura

- Jurnalis

Minggu, 4 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warga melihat kondisi mata air Sumur Tanto di Dusun Pesisir, Desa Pekandangan Barat, Kecamatan Bluto, Sumenep. (DOK. KLIKMADURA)

Warga melihat kondisi mata air Sumur Tanto di Dusun Pesisir, Desa Pekandangan Barat, Kecamatan Bluto, Sumenep. (DOK. KLIKMADURA)

IMDAD FAIHA ILA SABILA, Reporter Klik Madura

—————————–

NAMA Jokotole tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Madura, khususnya warga Sumenep. Sejak  jaman dahulu, ada 35 raja yang telah mempimpin kerajaan Sumenep, salah satunya dalah pangeran Jokotole. Dia merupakan raja ke-13.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jokotole memiliki adik bernama Jokowedi yang lahir dari pasangan Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil perkawinan batin alias melalui mimpi dengan Pangeran Adipoday, Raja ke-12 Sumenep.

Dahulu, tentu banyak yang tidak percaya dengan perkawinan batin dan dianggap perkawinan  keduanya adalah perkawinan tidak sah sehingga  dikabarkan hamil diluar nikah.

Berita iitu menimbulkan amarah kedua orang tua RA. Potre Koneng hingga  ramai diperbincangkan keduanya akan mendapat hukuman mati. Namun, hal-hal di luar dugaan selalu terjadi semenjak kehamilan  Dewi Saini atau lebih dikenal dengan sebutan RA. Potre Koneng.

Baca juga :  PLN UP3 Madura Gelar Khitan Massal untuk Bantu Anak-anak Dhuafa

Karena hal itulah setelah dilahirkan, Jokotole diletakan di hutan oleh seorang dayang atas perintah Dewi Saini. Jokotole kemudian ditemukan oleh Empu Kelleng seorang pengrajin keris asal Pakandangan Sumenep.

Sehari-hari, Empu Kelleng bekerja sebagai pengembala kerbau  sekaligus pengrajin keris. Ia merawat dan mendidik Pangeran Jokotole sepenuh hati.

Bakat dan keahlian Empu Kelleng diwariskan kepada Jokotole kecil yang turut antusias membuat dan mengolah besi menjadi pusaka, alat pertanian, pisau hingga celurti yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Sang Jokotole kecil banyak memberikan warna baru dalam kehidupan Empu Kelleng, ia diberi nutrisi dari susu kerbau putih peliharaan Empu Kelleng.

Baca juga :  Membangun Kesadaran Dampak Media Sosial

Jokotole lihai dalam membuat alat-alat perkakas. Dia juga tidak segan membantu para pekerja besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan.

Termasuk, ayah angkatnya, Empu Kelleng dalam projek pembuatan  pintu gerbang Raksasa atas perintah Brawijaya VII.

Begitulah sekilas sejarah singkat Pangeran Jokotole. Umumnya, banyak khalayak mengetahui sejarah Pangeran Jokotole setelah beliau menikah dengan Dewi Ratnadi dan keajaiban lainnya.

Namun, dibalik cerita ini terdapat sejarah yang melegenda di benak Masyarakat Pakandangan, Sumenep yang menarik untuk diulas sebagai informasi sekaligus menjadi referensi kunjungan di Pulau Madura.

Di Dusun Pesisir, Desa Pekandangan Barat, Kecamatan Bluto, masyarakat mempercayai Gunung Angin sebagai petilasan Pangeran Jokotole.

Baca juga :  Jalan Poros Kabupaten Puluhan Tahun Dibiarkan Rusak, Warga Patungan Lakukan Perbaikan

Pada waktu tertentu, banyak warga datang untuk sekedar mengirimkan doa. Ada pula wisatawan luar Pulau Madura yang ingin mengetahui sejarah silsilah Raja Sumenep.

Di sekitar Gunung Angin terdapat rumah kecil atau kita sebut-Ghubuk-Compok yang dipercaya sebagai tempat petilasan Pangeran Jokotole.

Peninggalan lainnya adalah Sumur Tanto. Sumber air di sumur tersebut sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari.

Warga mempercayai mata air yang bersumber dari Sumur Tanto itu memiliki banyak khasiat untuk menyembuhkan segala macam penyakit kulit. (*)

Tertarik mengetahui sejarah dan keunikan Madura? Simak terus informasinya hanya di Klik Madura.

Berita Terkait

Kue dalam Keranjang?
Mengenal Kadam Sidik, Pendakwah Muda Idola Kaum Hawa Asli Bangkalan
Sebuah Resolusi 2025
Nikmatnya Solo Travel 
Tentang Mindset yang Kacau
Kuala Lumpur Tidak Pernah Tidur
Mulailah Jalan Kaki
Ternyata Musik Saronen Dulunya Dijadikan Sarana Dakwah, Ada Nilai Filosofisnya

Berita Terkait

Selasa, 28 Januari 2025 - 10:37 WIB

Kue dalam Keranjang?

Rabu, 15 Januari 2025 - 08:49 WIB

Mengenal Kadam Sidik, Pendakwah Muda Idola Kaum Hawa Asli Bangkalan

Selasa, 31 Desember 2024 - 17:42 WIB

Sebuah Resolusi 2025

Rabu, 11 Desember 2024 - 07:00 WIB

Nikmatnya Solo Travel 

Minggu, 1 Desember 2024 - 09:05 WIB

Tentang Mindset yang Kacau

Berita Terbaru