IMDAD FAIHA ILA SABILA, Reporter Klik Madura
—————————–
NAMA Jokotole tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Madura, khususnya warga Sumenep. Sejak jaman dahulu, ada 35 raja yang telah mempimpin kerajaan Sumenep, salah satunya dalah pangeran Jokotole. Dia merupakan raja ke-13.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Jokotole memiliki adik bernama Jokowedi yang lahir dari pasangan Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil perkawinan batin alias melalui mimpi dengan Pangeran Adipoday, Raja ke-12 Sumenep.
Dahulu, tentu banyak yang tidak percaya dengan perkawinan batin dan dianggap perkawinan keduanya adalah perkawinan tidak sah sehingga dikabarkan hamil diluar nikah.
Berita iitu menimbulkan amarah kedua orang tua RA. Potre Koneng hingga ramai diperbincangkan keduanya akan mendapat hukuman mati. Namun, hal-hal di luar dugaan selalu terjadi semenjak kehamilan Dewi Saini atau lebih dikenal dengan sebutan RA. Potre Koneng.
Karena hal itulah setelah dilahirkan, Jokotole diletakan di hutan oleh seorang dayang atas perintah Dewi Saini. Jokotole kemudian ditemukan oleh Empu Kelleng seorang pengrajin keris asal Pakandangan Sumenep.
Sehari-hari, Empu Kelleng bekerja sebagai pengembala kerbau sekaligus pengrajin keris. Ia merawat dan mendidik Pangeran Jokotole sepenuh hati.
Bakat dan keahlian Empu Kelleng diwariskan kepada Jokotole kecil yang turut antusias membuat dan mengolah besi menjadi pusaka, alat pertanian, pisau hingga celurti yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Sang Jokotole kecil banyak memberikan warna baru dalam kehidupan Empu Kelleng, ia diberi nutrisi dari susu kerbau putih peliharaan Empu Kelleng.
Jokotole lihai dalam membuat alat-alat perkakas. Dia juga tidak segan membantu para pekerja besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan.
Termasuk, ayah angkatnya, Empu Kelleng dalam projek pembuatan pintu gerbang Raksasa atas perintah Brawijaya VII.
Begitulah sekilas sejarah singkat Pangeran Jokotole. Umumnya, banyak khalayak mengetahui sejarah Pangeran Jokotole setelah beliau menikah dengan Dewi Ratnadi dan keajaiban lainnya.
Namun, dibalik cerita ini terdapat sejarah yang melegenda di benak Masyarakat Pakandangan, Sumenep yang menarik untuk diulas sebagai informasi sekaligus menjadi referensi kunjungan di Pulau Madura.
Di Dusun Pesisir, Desa Pekandangan Barat, Kecamatan Bluto, masyarakat mempercayai Gunung Angin sebagai petilasan Pangeran Jokotole.
Pada waktu tertentu, banyak warga datang untuk sekedar mengirimkan doa. Ada pula wisatawan luar Pulau Madura yang ingin mengetahui sejarah silsilah Raja Sumenep.
Di sekitar Gunung Angin terdapat rumah kecil atau kita sebut-Ghubuk-Compok yang dipercaya sebagai tempat petilasan Pangeran Jokotole.
Peninggalan lainnya adalah Sumur Tanto. Sumber air di sumur tersebut sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari.
Warga mempercayai mata air yang bersumber dari Sumur Tanto itu memiliki banyak khasiat untuk menyembuhkan segala macam penyakit kulit. (*)
Tertarik mengetahui sejarah dan keunikan Madura? Simak terus informasinya hanya di Klik Madura.