SUMENEP || KLIKMADURA – KH. Muhammad Ali Fikri Warits membeberkan alasannya mencalonkan diri sebagai bupati Sumenep periode 2024-2029. Salah satu faktor yang mendorong dia terjun dalam kontestasi politik tersebut karena jalannya pemerintahan sejauh ini dinilai kurang berpihak pada rakyat.
Kebijakan yang diambil kepala daerah kurang berpihak kepada masyarakat. Bahkan, kebutuhan masyarakat tidak terdata dengan maksimal sehingga program yang dijalan tidak tepat sasaran.
KH. Muhammad Ali Fikri Warits saat siniar dalam Program Catatan Pena Klik Madura menyampaikan, sangat banyak persoalan di tengah masyarakat yang belum berhasil diurai oleh pemerintah.
Di antaranya, persoalan kesejahteraan yang masih menjadi masalah besar bagi masyarakat. Lapangan pekerjaan sulit, sementara tuntutan ekonomi terus meningkat.
Akibatnya, banyak warga memilih bekerja di luar negeri menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) untuk memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, Sumenep memiliki keyaaan alam yang melimpah.
Mulai dari sektor pertanian, kelautan dan perikanan, peternakan hingga minyak bumi dan gas (migas). Jika pemerintah kabupaten bisa maksimal mengelola potensi yang dimiliki itu, diyakini kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat.
Kemudian, pendapatan asli daerah (PAD) juga akan semakin tinggi sehingga semakin banyak program bermanfaat bagi masyarakat yang bisa dijalankan oleh pemerintah.
“Kami juga punya penilaian terhadap jalannya pemerintahan, dan sampai pada kesimpulan Sumenep harus ganti bupat,” kata pria yang akrab disapa Mas Kiai Fikri itu.
Kemudian, persoalan infrastruktur yang masih sangat timpang antara wilayah daratan dan kepulauan. Beberapa waktu lalu, Mas Kiai Fikri menemui masyarakat Pulau Sepudi.
Permintaan masyarakat di pulau dengan dua kecamatan itu ternyata sangat sederhana. Yakni, meminta infrastruktur jalan diperbaiki. Sebab, jalan di pulau tersebut rusak parah.
Menurut Mas Kiai Fikri, semestinya persoalan infrastruktur tidak perlu sampai diminta oleh masyarakat. Sebab, sudah kewajiban pemkab untuk memperbaiki.
Jika masyarakat sampai meminta agar jalan rusak diperbaiki, bisa diindikasikan bahwa selama ini pemkab selama ini kurang peduli. Persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat itu lah yang menggerakkan Mas Kiai Fikri untuk mencalonkan diri sebagai bupati.
“Masyarakat sudah muak dengan janji-janji manis. Saya pun, juga muak dengan janji manis. Makanya sudah final, Sumenep harus ganti bupati,” katanya.
Mas Kiai Fikri menyadari bahwa lawan politiknya secara hitung-hitungan kursi dewan sangat kuat. Yakni, total 44 kursi. Tetapi, politisi PPP itu yakin, dengan kekuatan doa dan koalisi masyarakat, kekuatan mayotitas itu bisa dikalahkan. (pen)