Madura Bukan Stereotipmu

Avatar

- Jurnalis

Selasa, 24 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Ridwan Lanya, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Unira

———–

STEREOTIP terhadap suatu kelompok masyarakat sering kali lahir dari prasangka dan generalisasi yang tidak berdasar. Hal serupa terjadi pada orang Madura, yang kerap kali diasumsikan sebagai “jamet”, miskin, kasar, atau identik dengan carok.

Sebagai orang Madura, saya merasa stigma semacam ini sangat tidak adil dan tidak merepresentasikan keragaman budaya serta nilai-nilai yang ada dalam masyarakat Madura.

Stereotip semacam ini kemungkinan besar muncul karena pengaruh media atau pengalaman individu yang terbatas terhadap orang Madura.

Media, misalnya, sering kali menyoroti kasus-kasus carok atau konflik di Madura, sehingga membentuk asumsi bahwa orang Madura cenderung kasar dan temperamental.

Baca juga :  Peringati Nuzulul Qur'an, Polres Sampang Buka Puasa Bersama Anak Yatim

Selain itu, pandangan bahwa orang Madura hanya bekerja sebagai penjual sate atau berprofesi sederhana sering kali melahirkan kesan bahwa mereka adalah kelompok yang kurang maju atau miskin.

Sebagai seseorang yang berasal dari Madura, saya sering menghadapi perlakuan berbeda ketika menyebutkan asal-usul saya. Tidak jarang orang langsung berasumsi bahwa saya kurang berpendidikan atau menyampaikan olok-olokan seperti “minta satenya”.

Hal ini bukan hanya pengalaman pribadi saya, tetapi juga dialami oleh beberapa teman saya yang juga berasal dari Madura. Mereka sering mendapatkan perlakuan serupa ketika orang luar bertanya tentang asal-usul mereka, di mana stereotip langsung mengemuka dalam percakapan.

Baca juga :  Kondisi Wall Climbing di Sampang Sport Center Memprihatinkan, FPTI Minta Perhatian Khusus

Padahal, meskipun ada beberapa kasus atau perilaku yang mungkin memperkuat stereotip tersebut, tidak sepatutnya seseorang berasumsi demikian secara umum.

Menurut Dr. Dwi Putra, seorang sosiolog dari Universitas Indonesia, stereotip terhadap kelompok etnis sering kali merupakan hasil konstruksi sosial yang tidak memiliki landasan faktual yang memadai.

Ia menegaskan bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki sisi positif dan negatif, tetapi stereotip muncul akibat penekanan pada sisi negatif serta kurangnya pemahaman terhadap aspek positif kelompok tersebut.

Prof. Syafrudin Nasir, seorang antropolog budaya menyebutkan, yang menekankan bahwa stereotip cenderung memperkuat prasangka dan mendorong diskriminasi antar-etnis.

Baca juga :  Gelar KDC se-Kabupaten Sampang, Klik Madura Libatkan Akademisi hingga Pelaku Seni sebagai Juri

Sebagai masyarakat modern, kita harus lebih bijak dalam melihat keanekaragaman etnis di Indonesia. Stigma semacam ini hanya akan menghambat persatuan dan memperkuat bias yang tidak perlu.

Penting bagi kita untuk mengenal lebih dekat budaya Madura tanpa terjebak dalam stereotip yang menyesatkan. Orang Madura tidak dapat disamaratakan sebagai “jamet”, miskin, atau kasar.

Sebaliknya, mereka adalah bagian integral dari keberagaman bangsa ini dengan kekayaan budaya dan potensi yang layak dihormati.

Oleh karena itu, mari bersama-sama mengubah pola pikir dan lebih menghargai individu berdasarkan kualitas serta kontribusinya, bukan berdasarkan asumsi yang keliru. (*)

Berita Terkait

RSUD Sumenep HONK?
Saat Ketua Banggar Tak Lagi Menakutkan
Ketika Dunia Tengah Porak-Poranda, Kita Di Mana?
Drama Migas di Ujung Madura
Soekarno Inspirator Kelestarian Lingkungan
Ayam Jantan dan Safari Rakyat di Ujung Negeri
30 Kilogram Narkoba Terapung: Madura Diincar, Moral Diterkam
Toleransi dan Penyimpangan: Perspektif Sosiokultural dalam Konteks Pengaruh Media Digital

Berita Terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 11:23 WIB

RSUD Sumenep HONK?

Selasa, 1 Juli 2025 - 13:08 WIB

Saat Ketua Banggar Tak Lagi Menakutkan

Senin, 23 Juni 2025 - 10:19 WIB

Ketika Dunia Tengah Porak-Poranda, Kita Di Mana?

Rabu, 18 Juni 2025 - 05:39 WIB

Drama Migas di Ujung Madura

Senin, 16 Juni 2025 - 09:09 WIB

Soekarno Inspirator Kelestarian Lingkungan

Berita Terbaru