Merajut Harapan, Menyulam Perubahan

- Jurnalis

Selasa, 9 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Prof. Dr. Achsanul Qosasi, SE., MM., CSFA., CFrA, Tokoh Madura.

——-

BUKU “Merajut Mimpi, Madura Provinsi” karya Adinda Prengki Wirananda bukan sekadar rangkaian kata yang indah di atas kertas. Karya ini adalah gema panjang dari cinta yang tulus dan kegelisahan yang jujur terhadap tanah tempat penulis lahir dan dibesarkan. Sejak halaman pertama, pembaca akan merasakan getar semangat seorang penulis yang ingin melihat Madrua tumbuh, maju, dan sejahtera.

Madura selalu punya cara untuk membuat siapa pun jatuh cinta sekaligus merenung. Pulau ini bukan sekadar hamparan tanah di timur laut Jawa, tetapi ruang hidup yang sarat makna. Lautnya luas, tanahnya keras, manusianya tangguh.

Kekayaan alam dan budayanya berpadu indah, namun di balik itu tersimpan ironi. Potensi besar belum sepenuhnya menjelma menjadi kesejahteraan bagi masyarakatnya. Buku ini mengajak pembaca menatap kenyataan itu bukan dengan amarah, tetapi dengan keberanian untuk memahami dan memperbaiki.

Yang membuat buku ini istimewa bukan hanya karena tema yang relevan, tetapi juga cara penulis menuturkan kisah Madura dengan bahasa yang lembut namun tajam, akademis tetapi tetap menyentuh hati. Prengki menulis dengan semangat seorang peneliti dan perasaan seorang anak daerah yang mencintai tanah asalnya.

Setiap kalimat terasa seperti ajakan untuk berpikir dan berempati. Tidak ada nada menyalahkan, hanya panggilan halus untuk merenung sejauh mana kita telah berbuat bagi keadilan pembangunan di Madura.

Sebagai akademisi, saya melihat kejujuran ilmiah yang kuat dalam buku ini. Penulis tidak menulis berdasarkan asumsi, tetapi berpijak pada data, sejarah, dan realitas sosial yang nyata. Meski bernuansa akademik, bahasanya tetap ringan dan mengalir, mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai kalangan.

Baca juga :  Sejak Turun di Gelanggang Politik, Mas Tamam Tercatat Tak Pernah Kalah

Buku ini berhasil menjembatani dunia ilmiah dengan dunia masyarakat umum. Gaya tulisnya tidak hanya menjelaskan, tetapi juga menggerakkan, tidak sekadar memberi informasi, tetapi menyalakan kesadaran.

Gagasan tentang Madura menjadi provinsi memang bukan hal baru, namun dalam buku ini disajikan dengan napas segar dan semangat moral. Sebagai suku terbesar ke-4 di Indonesia, Penulis melihat perjuangan itu bukan sebagai ambisi politik, melainkan sebagai jalan menuju keadilan pembangunan.

Otonomi sejati bukan tentang memisahkan diri, tetapi tentang kemampuan menentukan arah sendiri berdasarkan potensi dan nilai-nilai lokal yang dimiliki masyarakat.

Membaca buku ini seperti menelusuri perjalanan panjang sebuah pulau yang berjuang di tengah pusaran sejarah bangsa. Madura digambarkan bukan sebagai daerah yang mengeluh, tetapi sebagai tanah yang terus bertahan dan berjuang.

Di dalamnya tersaji kisah tentang garam yang getir namun penuh makna, tentang nelayan yang tak kenal lelah, dan tentang petani yang sabar menunggu musim. Semua dirangkai dengan cerdas dan hangat tanpa kehilangan sentuhan kemanusiaan.

Hanya seseorang yang benar-benar mencintai daerahnya yang mampu menulis dengan ketulusan seperti ini. Setiap bab menyalakan kembali nyala harapan yang sempat padam.

Buku ini bukan untuk mengeluh, tetapi untuk mengajak. Bukan untuk memecah, tetapi untuk menyatukan dalam kesadaran baru bahwa kemajuan Madura adalah tanggung jawab bersama. Inilah kekuatan moral dari sebuah karya ilmiah yang berjiwa, perpaduan antara logika dan nurani.

Baca juga :  Nikmatnya Solo Travel 

Lebih dari itu, buku ini menjadi cermin bagi wajah Indonesia yang lebih luas. Madura hanyalah satu contoh dari banyak daerah yang kaya potensi tetapi kurang perhatian. Karena itu, membaca buku ini bukan hanya membaca tentang Madura, tetapi juga tentang diri kita sebagai bangsa.

Pembangunan sejati bukan hanya tentang jalan dan jembatan, melainkan tentang keadilan sosial dan kepercayaan diri masyarakat. Ketika Madura diberi ruang untuk mengelola kekayaannya sendiri, Indonesia sedang belajar menghormati kedaulatan lokal.

Sebagai seseorang yang lama berkecimpung dalam isu pembangunan daerah, saya memandang buku ini sangat penting. Karya ini mengisi ruang kosong antara dunia akademik dan kebijakan publik.

Di dalamnya ada arah yang jelas dan nilai yang luhur tentang tanggung jawab, solidaritas, serta keberanian untuk bermimpi. Di tengah derasnya arus globalisasi dan perubahan sosial, buku seperti ini menjadi jangkar intelektual yang mengingatkan kita agar tidak kehilangan akar budaya.

Merajut Mimpi, Madura Provinsi bukan sekadar wacana akademik, tetapi refleksi moral tentang makna pembangunan. Kemajuan tidak akan berarti bila masih ada masyarakat yang tertinggal.

Kesejahteraan sejati lahir dari keberanian rakyat menentukan arah hidupnya sendiri. Dalam konteks itu, buku ini bukan hanya akademik, tetapi juga spiritual. Ia mengingatkan bahwa mencintai tanah kelahiran adalah ibadah yang luhur.

Baca juga :  Jejak-jejak Petilasan Pengeran Jokotole di Desa Pakandangan Barat, Kabupaten Sumenep, Madura

Saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada penulis. Prengki Wirananda membuktikan bahwa ilmuwan muda tidak hanya mampu meneliti, tetapi juga mampu menyalakan harapan. Buku ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan bisa menjadi kekuatan perubahan sosial yang lembut namun kuat.

Melalui karya ini, penulis tidak hanya berbicara tentang Madura, tetapi juga tentang cita-cita kemanusiaan, tentang hak setiap daerah untuk maju dan hak setiap orang untuk hidup sejahtera.

Kepada para pembaca, jangan hanya membaca buku ini, tetapi resapilah setiap kalimatnya. Biarkan kisah dan data di dalamnya menjadi cermin bagi kita semua. Buku ini bukan hanya milik Madura, tetapi milik seluruh bangsa Indonesia yang masih belajar menjadi adil dan merata.

Dan kepada Adinda Prengki Wirananda, teruslah menulis, teruslah menyalakan cahaya bagi Madura. Jangan berhenti pada satu karya, karena Madura masih membutuhkan banyak suara seperti dirimu, suara yang jernih, tulus, dan berani bermimpi.

Bangsa yang besar tidak hanya dibangun oleh kekuatan politik dan ekonomi, tetapi juga oleh kekuatan kata-kata yang menumbuhkan harapan.

Selamat atas lahirnya buku yang penuh makna ini. Semoga menjadi sumbu kecil yang menyalakan api besar perubahan. Dari tanah Madura yang penuh cinta dan kerja keras, semoga mengalir inspirasi bagi seluruh Indonesia. (*)

——-

Narasi ini dikutip dari buku Merajut Mimpi Madura Provinsi karya Prengki Wirananda.

Berita Terkait

Madura Provinsi, Ikhtiar Menuju Keadilan Sosial
Spirit Keadilan dalam Ikhtiar Madura Provinsi
Madura Provinsi, Ijtihad KH. Moh. Tidjani Djauhari Bersama Kiai BASSRA
Kue dalam Keranjang?
Mengenal Kadam Sidik, Pendakwah Muda Idola Kaum Hawa Asli Bangkalan
Sebuah Resolusi 2025
Nikmatnya Solo Travel 
Tentang Mindset yang Kacau

Berita Terkait

Senin, 22 Desember 2025 - 22:51 WIB

Madura Provinsi, Ikhtiar Menuju Keadilan Sosial

Senin, 15 Desember 2025 - 06:00 WIB

Spirit Keadilan dalam Ikhtiar Madura Provinsi

Selasa, 9 Desember 2025 - 00:08 WIB

Merajut Harapan, Menyulam Perubahan

Senin, 8 Desember 2025 - 04:02 WIB

Madura Provinsi, Ijtihad KH. Moh. Tidjani Djauhari Bersama Kiai BASSRA

Selasa, 28 Januari 2025 - 10:37 WIB

Kue dalam Keranjang?

Berita Terbaru

Penulis buku Merajut Mimpi Madura Provinsi, Prengki Wirananda (kiri) menyerahkan hasil karyanya kepada Wakil Ketua DPRD Pamekasan, Ismail. (ISTIMEWA)

#AndaHarusTahu

Madura Provinsi, Ikhtiar Menuju Keadilan Sosial

Senin, 22 Des 2025 - 22:51 WIB