Imdad Faiha Ila Sabila, Reporter Klik Madura
____________
TAK Terhitung jumlahnya, setiap hari kita menikmati hasil tani untuk menopang kebutuhan energi tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari makanan pokok seperti beras, sayur mayur hingga biji-bijian. Hasil tani dinikmati namun menjadi petani kurang diminati.
Padahal, negara kita Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang selalu digadang-gadang bahwa ekonomi Indonesia sebagaian besar ditopang oleh industri pertanian. Benar kah begitu?
Di sisi lain, kita disibukkan dengan persiapan krisis pangan, padahal akar permasalahannya yang jarang disoroti publik adalah masalah serius ini. Yaitu, menyusutnya jumlah petani di Indonesia.
Sebab, pekerja di sektor pertanian yang terus berkurang dari tahun ke tahun. BPS mencatat pada tahun 2023, hanya terdapat sekitar 6,18 juta petani muda atau 21,9 persen dari total petani di Indonesia.
Krisis regenerasi petani dapat berdampak luas pada ketahanan pangan dan perekonomian Indonesia. Dengan berkurangnya jumlah petani muda, inovasi dalam pertanian juga akan terhambat, sehingga dapat mengancam produksi pangan jangka panjang.
Tanpa regenerasi yang efektif, ketahanan pangan Indonesia bisa terancam, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi.
Berikut beberapa faktor utama menyusutnya generasi tani baru
1. Minimnya Akses Modal dan Teknologi
Petani muda mengalami kesulitan dalam megakses modal dan keterampilan bertani yang memadai. Terlebih, sirkulasi keuangan petani yang cukup lama. Petani harus menunggu hasil panen untuk menambah modal.
2. Urbanisasi Tinggi
Sektor non-pertanian lebih diminati karena dinilai lebih menjanjikan. Data menunjukkan bahwa generasi muda semakin menjauhi profesi petani, dengan hanya sekitar 21 persen petani berusia muda (19-39 tahun) di Indonesia.
3. Persepsi Negatif terhadap Profesi Petani
Profesi sebagai petani sering dianggap kurang bergengsi dan tidak menguntungkan dibandingkan dengan pekerjaan di sektor lain. Stigma ini berkontribusi pada rendahnya minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian.
4. Aging Farmer
Aging farmer sebutan untuk fenomena yang mengindikasikan bahwa regenerasi petani tidak berjalan dengan baik. Sebagian besar petani di Indonesia berusia 40 hingga 60 tahun, sementara jumlah petani muda terus menyusut.
5. Tantangan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Perubahan iklim dan tantangan lingkungan yang semakin kompleks memerlukan keahlian khusus, yang sering kali tidak dimiliki oleh generasi tua yang mendominasi sektor ini.
Dampak krisis regenerasi petani dapat berdampak luas pada ketahanan pangan dan perekonomian Indonesia. Dengan berkurangnya jumlah petani muda, inovasi dalam pertanian juga akan terhambat, yang dapat mengancam produksi pangan jangka panjang.
Tanpa regenerasi yang efektif, ketahanan pangan Indonesia bisa terancam, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi.
Krisis regenerasi petani di Indonesia memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional.
Dalam momentum pemilihan kepala daerah bisakah kita meminta janji kesejahteraan petani? Agar pemuda tak lagi gengsi menjadi petani sehingga profesi ini tak punah dan krisis pangan tak tercatat dalam sejarah. (*)