PAMEKASAN || KLIKMADURA – Polemik kematian seorang ibu muda asal Desa Candi Burung, Kecamatan Proppo, terus menguat. Pihak keluarga korban melalui Madas Pamekasan menilai manajemen Kusuma Hospital minim empati dan tidak menunjukkan itikad baik sejak peristiwa itu terjadi.
Sekjen Madas Pamekasan, Edy, selaku perwakilan keluarga korban, mengaku sangat kecewa terhadap sikap rumah sakit yang berlokasi di Jalan Bonorogo, Kelurahan Lawangan Daya tersebut. Ia menegaskan, hingga kini tidak ada komunikasi maupun kunjungan dari pihak manajemen.
“Bahkan sekadar berkunjung pun tidak pernah mereka lakukan kepada pihak korban,” ungkapnya.
Atas dasar itu, Madas Pamekasan melakukan audiensi ke Dinas Kesehatan Pamekasan. Mereka mendesak agar Dinkes memberikan sanksi tegas karena kasus ini sudah menyangkut nyawa manusia.
Edy menyebut, hasil audiensi tersebut belum memuaskan karena masih banyak poin yang belum terjawab.
Ia menambahkan, kasus yang diduga melibatkan kelalaian Kusuma Hospital bukan hanya kematian ibu muda asal Candi Burung tersebut. Menurutnya, ada banyak laporan lain yang diterima pihaknya.
“Banyak kasusnya yang menimpa pasien Kusuma Hospital. Seperti jari-jari balita yang kena gunting bedah, dan juga banyak lagi kasusnya. Perihal melahirkan juga banyak laporan ke kami. Makanya Kusuma Hospital ini segera diberi sanksi biar tidak berlarut-larut,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Pamekasan, dr. Saifudin, menyampaikan bahwa tindakan medis Kusuma Hospital dinilai sudah sesuai SOP. Ia menjelaskan, plasenta akreta hanya bisa terdeteksi setelah perut dibedah dan memang tidak dapat ditemukan melalui USG.
Meski demikian, dr. Saifudin menekankan pentingnya komunikasi yang humanis dari setiap fasilitas kesehatan, baik swasta maupun milik pemerintah.
“Entah komunikasinya dalam bentuk simpati atau apa pun itu. Ada RS yang komunikasinya bagus, setiap Jumat ada kayak Jumat berkah. Terus kalau maulid juga merayakan, padahal non-Muslim itu pimpinannya. Harapan saya bisa seperti itu,” ujarnya. (enk/nda)














