SAMPANG || KLIKMADURA – Suasana laut Ketapang, Kabupaten Sampang, mendadak memanas. Ratusan nelayan bersama ibu-ibu pesisir turun ke laut melakukan aksi besar-besaran, Jumat (17/10/2025).
Mereka menolak survei seismik migas yang dilakukan oleh perusahaan asal Malaysia, Petronas, di wilayah Sumur Barokah.
Aksi itu berlangsung dramatis. Ratusan kapal nelayan mengepung kapal survei Petronas yang sedang beroperasi.
Di tengah ombak, mereka membentangkan spanduk besar bertuliskan “Laut Milik Nelayan, Bukan untuk Petronas!” sambil meneriakkan seruan perlawanan.
Tak hanya kaum lelaki, para ibu-ibu nelayan juga ikut serta dengan membawa banner bertuliskan “Laut untuk Anak Cucu Kami, Bukan untuk Asing!”.
Mereka menegaskan bahwa laut adalah sumber hidup yang tidak boleh dirampas oleh kepentingan industri migas.
Winarno, tokoh nelayan Ketapang, menyebut aksi ini sebagai puncak kemarahan warga pesisir. Ia menilai kegiatan survei Petronas telah mengganggu jalur tangkap ikan, sementara janji kompensasi bagi nelayan terdampak tidak pernah jelas.
“Petronas sudah terlalu jauh. Nelayan kehilangan ruang tangkap, tapi tidak ada kepastian ganti rugi. Kami akan terus menolak survei migas di laut Ketapang,” tegas Winarno, Sabtu (18/10/2025).
Ia menambahkan, jika Petronas tetap memaksakan survei, nelayan siap kembali menggelar aksi dengan jumlah massa yang lebih besar.
“Kalau kapal Petronas masih beroperasi, kami tidak akan tinggal diam. Seratus kapal siap menghadang mereka,” ancamnya.
Bagi warga pesisir Ketapang, laut bukan sekadar tempat bekerja, melainkan warisan leluhur yang harus dijaga untuk generasi mendatang. Aktivitas eksplorasi migas dianggap mengancam keberlanjutan ekosistem laut dan kehidupan nelayan kecil.
Aksi di tengah laut ini menjadi simbol perlawanan masyarakat pesisir terhadap ketimpangan pengelolaan sumber daya alam. Mereka menilai pemerintah terlalu memberi ruang bagi perusahaan asing, sementara rakyat lokal justru terpinggirkan. (nda)