SAMPANG || KLIKMADURA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Karang Penang kembali menuai sorotan tajam. Hal itu setelah beredar video makanan siswa di SMP Islam Darut Tauhid, Desa Gunung Kesan, yang ditemukan ulat atau diduga belatung, Senin (22/9/2025).
Dalam video berdurasi singkat itu, terlihat belatung merayap di kotak makan stainless berisi nasi putih, lele goreng, tempe orek, timun, sambal, dan es buah.
Suara siswa terdengar jijik dan khawatir, bahkan ada yang memperingatkan temannya agar tidak sampai memakan ulat tersebut.
Menu bergizi yang seharusnya menyehatkan justru membuat orang tua cemas. Mereka khawatir anak-anak keracunan akibat makanan MBG yang dinilai tidak higienis.
“Program MBG ini benar-benar bikin orang tua was-was. Jangan sampai anak-anak keracunan hanya karena makan makanan yang seharusnya sehat,” kata Hasan, warga setempat, Selasa (23/9/2025).
Hasan menilai lemahnya pengawasan dari penyelenggara program MBG sangat memengaruhi kualitas makanan. Ia menegaskan, kebijakan besar Presiden Prabowo Subianto itu bisa rusak bila pelaksanaan asal-asalan.
“Kalau pengawasan dibiarkan longgar, hasilnya begini: makanan berbelatung sampai ke tangan siswa. Itu mencederai tujuan mulia program MBG,” tegasnya.
Mandataris Ketua Ikatan Mahasiswa Karangpenang (IMK), Shofi Bardi, juga mengecam keras kejadian tersebut. Menurutnya, pemenuhan gizi anak didik harus benar-benar terjamin mutunya.
“Ini pelecehan terhadap hak anak didik. Bagaimana mungkin makanan yang seharusnya menyehatkan justru disajikan dengan kondisi menjijikkan seperti ini. Belatung dalam menu MBG adalah bukti kelalaian serius,” tegas Shofi.
Ia mengaku banyak ditanya media terkait kasus ini, tanda bahwa persoalan sudah menjadi perhatian luas. “Keresahan masyarakat meluas, maka jangan pernah main-main dengan program kesehatan anak. Kalau distribusi dan pengawasan tidak dibenahi, MBG bisa berubah dari program mulia menjadi ancaman,” ujarnya.
Shofi mendesak lembaga pengawas MBG untuk turun tangan langsung. Ia menekankan, program prioritas Presiden Prabowo-Gibran harus dijalankan dengan serius, bukan sekadar proyek formalitas.
“Ini bukan soal satu kotak nasi, ini soal masa depan generasi. Pemerintah harus hadir, pengawas harus tegas, jangan sampai MBG jadi proyek asal jalan. Kami mahasiswa dan aktivis akan terus mengawal masalah ini,” pungkasnya.
Sementara itu, upaya konfirmasi kepada Fatan, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Gunung Kesan, belum membuahkan hasil.
Nomor WhatsApp aktif, namun telepon tidak diangkat dan pesan yang dikirim belum dibalas hingga berita ini diturunkan. (san/nda)