DA kalanya Tuhan memanggil orang terbaik justru di saat dunia paling membutuhkan kehadirannya. Sore itu, langit Surabaya mendung. Angin terasa lebih berat, seolah ikut menanggung duka yang tak terucapkan. Di ruang perawatan RSUD Dr. Soetomo, seorang perempuan muda bernama Amilia Khairunnisa menutup mata untuk terakhir kalinya.
Suara mesin medis yang sejak pagi berdenyut pelan, tiba-tiba berhenti. Hening. Waktu seakan ikut terdiam. Perempuan cekatan dan penuh semangat itu berpulang, Senin, 6 Oktober 2025 sekitar pukul 18.30 WIB.
Meli – sapaannya – bukan sekadar karyawan bagi keluarga besar Klik Madura. Ia adalah energi yang menular. Senyumnya mudah dikenang, suaranya lembut, caranya bekerja selalu penuh dedikasi.
Tak pernah menolak tugas, tak pernah berkeluh kesah. Semua dikerjakan dengan cinta. Dan, cinta itulah yang kini meninggalkan ruang kosong di setiap sudut redaksi.
Ia berjuang melawan penyakit autoimun yang perlahan mencuri kekuatannya. Tubuh yang dulu lincah, pelan-pelan melemah. Penyakit itu menyerang tanpa ampun, menjalar ke organ vital, menekan jantung dan liver yang terus bekerja menahan sakit. Namun, Meli tetap tersenyum.
Meli tak ingin orang lain ikut bersedih. Bahkan di tengah deritanya, ia masih menanyakan kabar kantor, masih menanyakan laporan, masih berkata, “Semoga Klik Madura makin maju,” saat rapat bulanan akhir September lalu.
Ketegaran itu seperti pelita yang tak pernah padam, meski badai datang silih berganti. Hingga akhirnya, pelita itu benar-benar padam. Bukan karena kalah, tapi karena Tuhan mencintainya lebih dahulu.
Jenazah Meli dimakamkan di tanah kelahirannya, Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep. Di sanalah ia beristirahat untuk selamanya, di antara doa yang mengalun, di antara tangis yang tak kuasa ditahan.
Seluruh keluarga besar Klik Madura kehilangan sosok yang menjadi denyut semangat di balik layar. Ia bukan hanya mengatur keuangan, tapi juga mengajarkan keseimbangan, antara logika dan hati, antara kerja keras dan kasih.
Di setiap catatan laporan yang dulu ia susun, seolah masih ada jejak tangannya. Di setiap tawa di ruang kerja, masih terbayang sosoknya yang sederhana, tapi tulus luar biasa.
Kini, nama Meli menjadi kenangan abadi.
Tubuhnya mungkin telah melebur bersama tanah, tapi semangatnya hidup, mengalir di nadi setiap rekan yang pernah mengenalnya, dan menumbuhkan tekad untuk terus melanjutkan langkahnya.
“Selamat jalan, Meli. Saya bersaksi, kamu orang baik. Semua kebaikanmu akan menjadi amal yang terus mengalir,” tulis Pemimpin Redaksi Klik Madura, Prengki Wirananda.
Dan di balik kalimat itu, tersimpan doa yang tak pernah usai. Semoga di sisi Tuhan, Meli mendapatkan istirahat yang damai.
Sebab di hati kami, ia tak pernah benar-benar pergi.
Meli hanya berpindah tempat ke ruang paling tenang, di mana semua kebaikan bersemayam selamanya. Al-Fatihah. (nda)