PAMEKASAN || KLIKMADURA – Pondok Pesantren Darul Ulum II Baled Dhajah (Dubaja), Islamic Boarding School, sukses menggelar wisuda ke-XVIII, Jumat (14/2/2025). Kegiatan yang digelar di lingkungan ponpes tepatnya di Desa Bujur Tengah, Kecamatan Batumarmar itu berlangsung dengan khidmat.
Sebanyak 102 santriwan dan santriwati mengikuti prosesi wisuda tahun ini. Para santri yang diwisuda berasal dari berbagai program pendidikan. Di antaranya, program Tahfidzul Quran, Maktubah, Madrasah Diniyah Tarbiyatul Adfal (MDTA), Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), serta Sekolah Tarbiyatul Muta’alimin (STM).
Kegiatan tersebut berlangsung meriah dengan panggung yang super megah serta berbagai penampilan kreasi santri. Mulai dari pertunjukan teatrikal yang mengisahkan perjalanan tokoh-tokoh Islam, tarian tradisional, hingga lantunan sholawat.
Wisuda tersebut dihadiri ratusan santri, wali murid, para tokoh masyarakat, serta sejumlah kiai setempat. Selain itu, tampak hadir beberapa tokoh penting, seperti Ketua DPRD Pamekasan Ali Maskur, anggota DPRD Pamekasan Armidin dan Juma’ah, yang merupakan alumni Pondok Pesantren Darul Ulum II Baled Dhajah.
Dalam sambutannya, Mudirul Ma’had Dubaja Islamic Boarding School, Kiai Abdus Salam, S.Pd., menyampaikan, pondok tersebut terus berkomitmen untuk mencetak santri yang unggul di berbagai bidang.
Salah satu program unggulan yang ditekankan adalah program Maktubah, yaitu program pendalaman kitab kuning.
“Dengan adanya program Maktubah, para santri diharapkan mampu bersaing dengan lulusan pesantren salaf lainnya,” ujar beliau.
Kiai Abdus Salam menyampaikan, di Dubaja Islamic Boarding School, para santri dibekali berbagai materi pendalaman ilmu keislaman seperti Kitab Falakiyah, Ushul Fiqh, serta penguasaan bahasa asing.
“Kami tidak main-main dengan program pendidikan di pondok ini. Harapannya, pondok ini terus berkembang, santrinya semakin banyak, dan melahirkan generasi yang berkualitas,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Abdus Salam juga mengisahkan makna filosofis di balik nama pesantren Baled Dhajah. Ia menjelaskan bahwa nama itu berasal dari kata cellot atau lumpur.
Menurutnya, lumpur yang terlihat hina jika diproses dengan baik dapat menjadi produk berkualitas, seperti keramik yang bernilai tinggi.
“Kalau dilihat secara kasat mata, lumpur itu diinjak-injak orang. Tapi ketika dikelola atau diproses dengan baik, maka cellot atau lumpur itu bisa menjadi produk berkualitas dan bagus,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Pamekasan Ali Masykur menyampaikan selamat kepada para santri yang diwisuda. Dia berharap, ilmu yang didapat selama menimba ilmu di pesantren diamalkan dengan baik untuk kebermanfaatan bagi nusa, bangsa dan agama.
Politisi muda itu juga berpesan agar para alumni terus menjunjung tinggi akhlak yang baik setelah terjun langsung ke masyarakat. Sebab, tantangan hari ini bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga perilaku dan moralitas.
“Saya yakin dengan ilmu dan akhlak yang dibekalkan kepada para alumni, mereka akan sukses dan bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama,” tandasnya. (ibl/diend)