Oleh: Mat Saleh, Pemerhati Lingkungan Kepulauan Kangean.
——-
PULAU Kangean, Kabupaten Sumenep, akhir-akhir ini menjadi sorotan publik. Masyarakat di pulau yang biasanya hidup tenang kini dihadapkan pada kegaduhan sosial yang kian memanas.
Namun, perlu ditegaskan bahwa kegaduhan itu tidak lahir dari kekosongan. Ada sebab mendasar yang tak bisa diabaikan dan patut dikaji secara objektif.
Keresahan warga diduga kuat berkaitan dengan aktivitas survei seismik yang dilakukan oleh PT Kangean Energi Indonesia (KEI) dalam beberapa waktu terakhir.
Banyak warga menilai aktivitas perusahaan tersebut dilakukan secara sepihak, tanpa keterbukaan informasi dan tanpa pelibatan masyarakat secara memadai.
Akibatnya, muncul gelombang kecurigaan, keresahan, bahkan penolakan di sejumlah titik operasi.
Dalam konteks wilayah kepulauan seperti Kangean, partisipasi masyarakat bukan sekadar formalitas administratif, melainkan kunci utama keberhasilan program pembangunan apa pun.
Masyarakat Kangean memiliki hubungan emosional dan ekonomi yang sangat erat dengan tanah dan laut mereka—sumber utama kehidupan yang diwariskan turun-temurun.
Ketika ruang hidup itu terganggu tanpa penjelasan yang utuh, maka yang lahir bukan dukungan, melainkan kegelisahan sosial seperti yang kita saksikan hari ini.
Karena itu, PT KEI harus hadir dengan pendekatan yang lebih terbuka dan humanis. Perusahaan perlu menjelaskan secara transparan tujuan, manfaat, serta potensi dampak dari setiap aktivitasnya.
Komunikasi dua arah yang jujur dengan masyarakat adalah langkah paling rasional untuk memulihkan kepercayaan publik.
Di sisi lain, pemerintah daerah juga tidak boleh bersembunyi di balik retorika investasi. Kehadiran negara dibutuhkan bukan untuk sekadar mengamankan proyek, tetapi memastikan seluruh kegiatan ekonomi berjalan sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan. Yakni, menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Kangean bukan sekadar titik di peta investasi migas. Ia adalah rumah bagi ribuan jiwa yang hidup berdampingan dengan laut, tanah, dan budaya yang mereka rawat dengan kesadaran ekologis tinggi.
Karena itu, setiap kebijakan dan aktivitas ekonomi di pulau ini semestinya mengedepankan kepentingan masyarakat lokal serta kelestarian lingkungan hidupnya.
Kegaduhan di Kangean bukan tanpa sebab. Ia adalah alarm sosial bahwa ada komunikasi yang tersumbat dan aspirasi yang belum tersampaikan.
PT KEI harus bertanggung jawab dengan hadir secara terbuka, membangun dialog sejajar, dan memperbaiki hubungan sosial yang sempat terkoyak.
Hanya dengan cara itu, ketenangan dan kepercayaan masyarakat Kangean dapat pulih kembali. (*)














