Oleh: Mohammad Sukri, Staff Pengajar SMK Al-Miftah Panyeppen Pamekasan.
——
PENCAPAIAN Valen sebagai runner-up Dangdut Academy 7 (DA7) bukan sekadar kemenangan individu di panggung hiburan, melainkan sebuah fenomena sosial yang mendalam.
Kehadirannya telah bertransformasi menjadi simbol euforia kolektif dan representasi identitas budaya bagi masyarakat Madura.
Melalui kompetisi ini, Valen berhasil memicu gelombang solidaritas yang luar biasa, menyatukan warga Madura dari berbagai penjuru Nusantara dalam satu semangat yang sama.
Antusiasme ini terlihat jelas dari ledakan dukungan massal yang melampaui batas penonton layar kaca. Masyarakat Madura mengorganisir berbagai aksi nyata, mulai dari nonton bareng, konvoi di jalanan, hingga penggalangan dana secara swadaya.
Fenomena ini membuktikan bahwa ajang pencarian bakat dapat menjadi ruang pelepasan emosi dan kebanggaan bersama. Bagi mereka, energi sosial yang digerakkan untuk mendukung Valen jauh lebih berharga daripada hasil akhir, karena proses perjuangan itulah yang mempererat ikatan persaudaraan mereka.
Sejalan dengan dukungan yang masif tersebut, Valen juga berperan penting dalam menguatkan identitas kultural Madura di kancah nasional.
Dengan pembawaan yang santun, ulet, dan tetap memegang teguh akar budayanya, ia berhasil mengikis stereotip negatif yang selama ini melekat pada masyarakat Madura.
Valen menampilkan wajah Madura yang elegan, kreatif, dan berdisiplin tinggi, sehingga publik luas dapat melihat sisi lain yang penuh dengan nilai-nilai luhur dan kelembutan.
Kekuatan karakter ini kemudian memperkokoh solidaritas antarwarga, baik yang menetap di pulau maupun yang merantau. Prinsip “taretan dibi’” atau semangat persaudaraan menjadi motor penggerak utama dalam setiap dukungan yang diberikan.
Menariknya, solidaritas ini tidak berhenti saat kompetisi berakhir; momentum ini justru memicu komunitas Madura untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial dan pengembangan bakat muda, menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat.
Meski berakhir di posisi kedua, predikat runner-up tersebut justru memperkuat citra Valen sebagai simbol perjuangan yang tangguh.
Kekalahan tipis ini tidak dianggap sebagai kegagalan, melainkan bukti kerja keras yang menginspirasi generasi muda Madura untuk berani bermimpi di sektor seni modern.
Ia membuka jalan bahwa potensi anak daerah tidak hanya terbatas pada bidang tradisional, tetapi juga mampu bersaing di industri hiburan nasional.
Pada akhirnya, fenomena Valen menjadi momentum krusial untuk memperkuat citra positif Madura secara keseluruhan. Dukungan luar biasa ini menunjukkan bahwa Madura memiliki kekuatan sosial yang dahsyat jika bersatu.
Jika dirawat dengan baik, energi solidaritas ini dapat bertransformasi menjadi modal besar untuk kemajuan di bidang pendidikan dan ekonomi, memosisikan Madura sebagai komunitas yang modern dan inklusif tanpa kehilangan jati diri aslinya. (*)














