Hari Bahasa Arab Internasional: Momentum Memperkuat Literasi Bahasa Arab, dari Tradisi ke Gerakan Sosial di PTKIN dan Pesantren

- Jurnalis

Rabu, 17 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Habibur Rahman, M.Pd, Dosen Pendidikan Bahasa Arab sekaligus Staf Penjaminan Mutu UIN Madura

—–

TANGGAL 18 Desember 2025 kembali menjadi momentum refleksi dunia atas peran Bahasa Arab. UNESCO menetapkan hari ini sebagai Hari Bahasa Arab Internasional sejak 2012, menegaskan bahwa Bahasa Arab adalah bahasa global yang menyumbangkan ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni kepada umat manusia.

Di Indonesia, khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan pesantren, peringatan ini harus menjadi pemicu gerakan literasi Bahasa Arab yang lebih luas, segar, dan inovatif.

Bahasa Arab adalah bahasa peradaban. Ia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan medium lahirnya karya monumental. Pada masa keemasan Islam, Bahasa Arab menjadi lingua franca ilmu pengetahuan.

Manuskrip Arab yang diterjemahkan ke bahasa Latin menjadi fondasi bagi kebangkitan Eropa. Ibnu Sina dengan Al-Qanun fi al-Tibb, Al-Khawarizmi dengan aljabar, dan Ibnu Khaldun dengan teori sosial adalah contoh nyata kontribusi Bahasa Arab terhadap dunia.

UNESCO menegaskan: “Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, bahasa yang telah menyumbangkan ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni kepada umat manusia.” Pernyataan ini menegaskan posisi Bahasa Arab sebagai bahasa global, bukan sekadar bahasa regional.

Imam Syafi’i pernah menegaskan: “Manusia tidak menjadi bodoh dan selalu berselisih paham kecuali lantaran mereka meninggalkan Bahasa Arab.” Kutipan ini relevan hingga kini, ketika generasi muda lebih akrab dengan bahasa asing ketimbang Bahasa Arab. Padahal, Bahasa Arab adalah fondasi intelektual umat Islam sekaligus pintu menuju literasi global.

Baca juga :  Di Balik Lensa Media Sosial: Menyoroti Objektifikasi Perempuan dan Dampaknya

Literasi di PTKIN: Dari Kompetensi ke Inovasi

Di PTKIN, Bahasa Arab sering diajarkan sebagai keterampilan dasar. Namun, literasi Bahasa Arab harus melampaui itu. Literasi bukan sekadar kemampuan teknis, melainkan kemampuan berpikir kritis, menulis akademik, dan berkomunikasi lintas budaya.

Sebagai dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) UIN Madura, saya melihat kebutuhan mendesak untuk mengubah paradigma.

Mahasiswa tidak cukup hanya mampu membaca kitab kuning; mereka harus mampu menulis artikel ilmiah berbahasa Arab, mempresentasikan gagasan di forum internasional, dan memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas literasi.

Inovasi diperlukan, literasi Bahasa Arab harus masuk ke ranah digital: aplikasi pembelajaran daring, platform interaktif, bahkan augmented reality.

Mahasiswa harus diajak memanfaatkan teknologi sebagai sarana memperkaya pengalaman belajar. Dengan demikian, literasi Bahasa Arab tidak hanya relevan di ruang kelas, tetapi juga di dunia global yang serba digital.

Contoh nyata adalah penggunaan aplikasi seperti Duolingo atau Padlet yang dimodifikasi untuk pembelajaran Bahasa Arab. Mahasiswa dapat berlatih kosakata, membuat forum diskusi, dan menulis refleksi dalam Bahasa Arab.

Dengan cara ini, literasi tidak berhenti pada kemampuan membaca teks, tetapi berkembang menjadi keterampilan menulis, berdialog, dan berkreasi di ruang-ruang digital.

Pesantren: Tradisi yang Harus Diperluas

Pesantren adalah laboratorium literasi Bahasa Arab yang hidup. Tradisi membaca kitab kuning, halaqah, dan diskusi keilmuan adalah bentuk literasi yang telah berlangsung berabad-abad. Namun, pesantren juga harus beradaptasi dengan tuntutan zaman.

Santri tidak cukup hanya mampu membaca teks klasik; mereka harus mampu menulis kreatif, menerjemahkan karya, dan mempublikasikan gagasan di ruang digital.

Baca juga :  Pilih: Rp 15 Juta Menjual Kejujuran? Atau Rp 100 Juta Hanya untuk Cari Data?

Literasi Bahasa Arab di pesantren harus diperluas ke ranah penulisan modern, penerjemahan kontemporer, dan publikasi daring. Dengan demikian, pesantren tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menyiapkan santri untuk bersaing di era informasi.

KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, menekankan pentingnya penguasaan Bahasa Arab sebagai jalan memahami agama dan memperkuat tradisi pesantren. Gagasan beliau tentang tafaqquh fi al-din tidak mungkin terwujud tanpa penguasaan Bahasa Arab yang mendalam.

Bayangkan sebuah pesantren yang memiliki majalah digital berbahasa Arab, di mana santri menulis artikel, puisi, dan opini. Bayangkan pesantren yang mengadakan lomba debat Bahasa Arab, bukan hanya untuk melatih retorika, tetapi juga untuk melatih berpikir kritis.

Bayangkan pesantren yang menjalin kerja sama dengan universitas di Timur Tengah, sehingga santri bisa berinteraksi langsung dengan penutur asli Bahasa Arab.

Gerakan Sosial Literasi Arab

Menumbuhkan semangat literasi Bahasa Arab tidak cukup dengan kurikulum formal. Diperlukan gerakan sosial yang melibatkan mahasiswa, santri, dosen, dan masyarakat. Literasi harus menjadi budaya, bukan sekadar mata kuliah.

Gerakan sosial ini bisa diwujudkan dalam bentuk komunitas literasi Arab digital. Mahasiswa dan santri bisa berbagi karya tulis, puisi, dan artikel berbahasa Arab di platform daring.

Festival literasi Arab bisa diadakan di PTKIN dan pesantren, menampilkan karya sastra, debat, dan presentasi ilmiah dalam Bahasa Arab. Kolaborasi internasional bisa dilakukan dengan universitas di Timur Tengah, sehingga karya dan penelitian bisa dipertukarkan.

Baca juga :  Sebuah Mimpi dan Transformasi Kesehatan di Kepulauan yang ada di Madura

Pepatah Arab klasik mengatakan: العقل زينة (Al-‘Aqlu Zīnah) — “Akal adalah perhiasan.” Literasi Bahasa Arab adalah cara memperindah akal, memperkuat daya pikir, dan memperluas cakrawala.

Gerakan sosial literasi Arab akan melahirkan generasi yang tidak hanya mampu membaca teks, tetapi juga mampu menulis, berpikir kritis, dan berkomunikasi dengan dunia.

Bahasa Arab dan Identitas Lokal

Di Madura, Bahasa Arab memiliki peran khusus. Ia bukan hanya bahasa agama, tetapi juga bahasa identitas. Tradisi keislaman Madura sangat erat dengan Bahasa Arab, dari pengajian kitab kuning hingga doa-doa harian. Namun, Bahasa Arab juga bisa menjadi medium dialog antara tradisi lokal Madura dengan wacana global.

Literasi Bahasa Arab di Madura harus diarahkan pada penguatan identitas lokal sekaligus keterbukaan global. Mahasiswa dan santri harus diajak menulis tentang budaya Madura dalam Bahasa Arab, sehingga tradisi lokal bisa dikenal di dunia internasional. Dengan demikian, Bahasa Arab menjadi jembatan antara lokalitas dan globalitas.

Momentum Refleksi 

Hari Bahasa Arab Internasional adalah momentum refleksi. Ia mengingatkan kita bahwa Bahasa Arab adalah bahasa peradaban, bahasa ilmu pengetahuan, dan bahasa masa depan.

Menumbuhkan literasi Bahasa Arab berarti menyiapkan generasi yang mampu berdialog dengan masa lalu sekaligus masa depan.

PTKIN, pesantren, dan khususnya Prodi Pendidikan Bahasa Arab di PTKIN harus menjadi pionir dalam gerakan literasi Bahasa Arab.

Dengan literasi yang kuat, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menyiapkan masa depan yang inklusif, produktif, dan berdaya saing global. (*)

Berita Terkait

Menyoal Penolakan Milad Muhammadiyah di Sampang: Refleksi Seorang Putra Madura
Keadilan Sosial untuk Semua Kelas
Gubernur Jawa Timur Bersekongkol dengan Para Bandit?
14 Tahun Partai NasDem, Arus Perubahan yang Tak Pernah Padam
Mengais Barokah, Menakar Pengabdian: Episentrum Kaderisasi NU dan Spirit Pengabdian Alumni Miftahul Ulum Bettet Pamekasan Di Kancah Nasional dan Global
Kegaduhan di Kangean Bukan Tanpa Sebab, PT KEI Harus Bertanggung Jawab!
Ketika Madura Mengajukan Diri Jadi Negara
Rudy Saladin dan Ramalan 2055

Berita Terkait

Jumat, 19 Desember 2025 - 06:20 WIB

Menyoal Penolakan Milad Muhammadiyah di Sampang: Refleksi Seorang Putra Madura

Rabu, 17 Desember 2025 - 04:00 WIB

Hari Bahasa Arab Internasional: Momentum Memperkuat Literasi Bahasa Arab, dari Tradisi ke Gerakan Sosial di PTKIN dan Pesantren

Sabtu, 6 Desember 2025 - 02:34 WIB

Keadilan Sosial untuk Semua Kelas

Minggu, 16 November 2025 - 03:46 WIB

Gubernur Jawa Timur Bersekongkol dengan Para Bandit?

Senin, 10 November 2025 - 21:58 WIB

14 Tahun Partai NasDem, Arus Perubahan yang Tak Pernah Padam

Berita Terbaru

Catatan Pena

Kongres AJP: Habis Gaduh Terbitlah Teduh

Sabtu, 20 Des 2025 - 13:22 WIB