Sastra

Sepucuk Harapan M. Yamin

×

Sepucuk Harapan M. Yamin

Sebarkan artikel ini
Monumen keris di perbatasan Kabupaten Sumenep - Pamekasan. (DOK. KLIKMADURA)

Oleh: M. Ilham Maulana, Mahasiswa Universitas Madura.

————–

MOHAMMAD Yamin (1903-1962), adalah seorang penulis dan politikus yang berperan penting dalam sejarah Indonesia pada tahun 1903 hingga 1962 yang meliputi masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan perjuangan kemerdekaan.

Dalam puisinya, Yamin mengungkapkan semangat nasionalisme dan harapan  masa depan Indonesia  merdeka. Puisi itu merupakan cerminan pengalamannya sebagai anggota BPUPKI dan kontribusinya dalam membentuk fondasi bangsa.

Berikut puisi “Pagi-Pagi” yang dikutip dari buku Bimbingan Apresiasi Puisi, Karya Dr. S. Effendi, penerbit PT. Dunia Pustaka Jaya:

PAGI-PAGI 

Teja dan cerawat masih gemilang

Memuramkan bintang mulia raya

Menjadi pudar padam cahaya

Timbul tenggelam berulang-ulang

Fajar di timur datang menjelang

Membawa permata ke atas dunia

Seri-berseri sepantun mutia

Berbagai warna, bersilang-silang

Lambat laun serta berdandan

Timbul matahari dengan perlahaan

Menyinari bumi dengan keindahan

Segala bunga harumkan pandan

Kembang terbuka, bagus gubahan

Dibasahi embun, titik di dahan

1920,

Puisi “Pagi-pagi” menggambarkan suatu keindahan alam di saat fajar mulai menampakkan aura keindahannya, dan juga mengandung berbagai metafora yang menunjukkan keindahan alam sebagai simbol semangat kebangsaan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Puisi karya Muhammad Yamin ini merupakan karya yang indah, karena puisi ini menggambarkan suatu keindahan alam di waktu pagi, dengan metafora dan gaya bahasa yang indah.

Dengan puisi ini, Mohammad Yamin berhasil menyampaikan pengalaman dan perasaannya tentang keindahan pagi. Puisi ini mewakili kreativitas dan keindahan karya  sastra  yang dapat dinikmati oleh pembaca.

Baca juga :  Hidup Menjadi Anak Garam

Pada bait pertama larik pertama, aku lirik menggunakan majas “Teja” untuk menggambarkan suasana yang cerah (cahaya), sedangkan “Cerawat masih gemilang” menggambarkan suasana gelap dengan (kembang api) yang masih bersinar saat malam. “Memuramkan bintang mulia raya” pada larik kedua aku lirik menggambarkan redupnya bintang disaat fajar sudah mulai menampakkan “teja” (cahaya)nya.

Dalam larik ketiga dan keempat, aku lirik menggunakan berbagai macam majas. “Pudar padam cahaya” menggambarkan sebuah harapan yang dilambangkan dengan (cahaya) yang mulanya terang benderang perlahan mulai hilang (redup). “Timbul tenggelam berulang-ulang” larik ini menjelaskan tentang siklus kehidupan dan kematian yang  tak bisa dihindarkan dan terus berulang di alam semesta.

Kedua larik tersebut memberikan gambaran yang sangat kuat tentang ketidak tetapan kehidupan seperti yang dialami si aku lirik. Ini menyiratkan bahwa segala sesuatu dalam hidup bersifat sementara dan selalu berubah.

Pada larik pertama dalam bait kedua, mengungkapkan harapan akan datangnya hari baru yang penuh keindahan dan kebaikan. “Fajar” melambangkan awal baru bagi Indonesia, di mana ia berperan aktif dalam menyatukan pemuda dari berbagai daerah untuk menyatukan demi cita-cita kemerdekaan  “Fajar di timur” yang “membawa permata” melambangkan  awal dari sebuah kesuksesan di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk mencapai sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

Harapan si aku lirik akan membawa Indonesia menuju kesuksesan dengan menggunakan simbol “permata” sebagai tanda bahwa harapannya akan terwujud dan akan dikenal oleh dunia.

Baca juga :  Aroma Kemerdekaan

“Seri-berseri” dalam bait kedua ini melambangkan sesuatu yang bersinar ataupun bercahaya. Dalam kaitan sejarah “seri-berseri” merujuk pada peristiwa besar atau moment penting yang mempunyai nilai sejarah. Jadi, bisa diartikan peristiwa yang begitu bermakna dalam ikatan sejarah dan begitu berharga bagi suatu bangsa layaknya permata yang sangat indah.

Simbol “berbagai warna, bersilang-silang” dalam larik puisi ini menggambarkan keberagaman perbedaan. Suatu bangsa seringkali mengalami perbedaan karakteristik yang berbeda. Baik dalam perbedaan budaya, sosial, politik dan perbedaan ekonomi.  Perbedaan tersebut merupakan perpaduan yang kompleks dalam suatu bangsa.

Peristiwa-peristiwa sejarah yang mempunyai nilai berharga bisa merujuk pada perjuangan seorang pahlawan untuk mencapai kemerdekaan, kesejahteraan dan keadilan. “warna yang bersilang-silang” berbagai rintangan dan tantangan yang dihadapi oleh para pahlawan untuk memperjuangkan tanah kelahiran.

Larik dalam bait ketiga menggambarkan proses terbitnya matahari yang tidak instan, dengan adanya simbol “berdandan” gambaran bahwa matahari sedang mempersiapkan diri untuk tampil  memukau di langit.

Larik puisi ini menggambarkan suatu proses perjuangan para pahlawan, dalam memperjuangkan Indonesia sekaligus pengorbanan demi generasi selanjutnya. Hal ini diperkuat dengan adanya larik kedua “timbul matahari dengan perlahan” dimana dalam larik ini menggambarkan suatu harapan si aku lirik akan kemenangan Indonesia, setelah melalui perjuangan panjang, Indonesia mulai menemukan secercah harapan akan masa yang akan datang.

“Menyinari bumi dengan keindahan”, cahaya kemerdekaan membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, setelah menjalani masa penjajahan selama beberapa tahun kedepan. Kini sudah sampai pada titik yang dinantikan dengan simbol “keindahan” yang digunakan si aku lirik untuk mengungkapkan hasil jerih payahnya yang sudah dilakukan dalam memperjuangkan bangsa indonesia.

Baca juga :  Cinta Bukan Pada Tempatnya

Dalam bait terakhir yang berbunyi segala bunga harumkan pandan, pada larik ini melukiskan keseimbangan alam yang indah dan segar yang dibasahi embun titik didahan. Simbol bunga diartikan sebagai keberagaman suatu kelompok di setiap butir perjuangan.

Hal ini diperkuat oleh konteks sejarah yang mengacu pada perkembangan organisasi pergerakan nasional yang membuka jalan bagi gagasan kemerdekaan melalui kolaborasi dan usaha bersama dalam membangkitkan semangat awal dari perjuangan  bangsa indonesia yang dipenuhi dengan rasa optimisme, meski perjuangan tersebut menghadapi berbagai tantangan dari para penjajah.

Kesimpulannya, puisi yang berjudul “Pagi-Pagi” karya Mohammad Yamin merupakan karya sastra yang menggambarkan semangat kebangsaan dalam memperjuangkan bangsa indonesia dan juga romantisme pergerakan nasional indonesia.

Namun, dalam puisi ini tidak hanya memiliki nilai estetika sebagai karya sastra, melainkan juga memiliki nilai historis yang begitu penting dalam perjuangan bangsa indonesia. Puisi ini menjadi bukti bahwa sastra memiliki keterkaitan dalam merekam dan menyampaikan semangat perjuangan suatu bangsa.

Puisi “Pagi-Pagi” tidak hanya mengungkapkan suatu keindahan alam diwaktu pagi hari, melainkan juga mengandung simbol-simbol yang berkaitan dengan perjuangan bangsa indonesia untuk meraih kemerdekaan. (*)

Sastra

Oleh: Sri Wahyuni, Mahasiswi Universitas Madura. —————– ARISTOTELES…