Oleh: Imdad Faiha Ila Sabila, Medsos Content Planner Klik Madura.
—-
Sudah persiapan bakar -bakar? atau sedang menyusun resolusi 2026 membakar kenangan?
****
SETIAP malam tahun baru, tradisi bakar-bakaran kembali hadir hampir di setiap sudut kampung. Jagung, ayam, ikan, atau sekadar secangkir kopi jahe hitam di dekat bara. Pemandangan ini sering dianggap sepele. Padahal, di baliknya tersimpan cara orang Madura memaknai hidup.
Bagi orang Madura, api bukan hanya alat. Ia adalah simbol tentang bertahan pada kehidupan hidup keras namun tak mudah padam.
Dalam keseharian, orang Madura terbiasa hidup dengan prinsip kerja keras, keteguhan, dan keberanian menghadapi keadaan. Nyala api mencerminkan itu: tak selalu besar, tak selalu terang, tapi dijaga agar tetap hidup.
Filosofi ini menemukan wujud nyatanya pada wisata history yakni Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan. Api yang terus menyala tanpa henti itu kerap dibaca sebagai metafora tentang daya hidup masyarakat Madura.
Diam, konsisten, dan tak banyak mengeluh. Ia tidak menyala untuk pamer, tetapi cukup untuk membuktikan bahwa kehidupan bisa bertahan bahkan dalam kondisi paling sederhana.
Senada dengan kejutan istimewa pada penghujung tahun ini masyarakat Madura kembali “menyala” saat sosok pemuda inspiratif yang tampil dilayar kaca membawa nama Madura ke kancah nasional.
Saat ini, masyarakat tengah bersiap menyambut sang pangeran dangdut, Achmad Valen Akbar runner up Dangdut Academy 7 yang diadakan oleh Indosiar. Semangat membara ini terus terawat dibalut solidaritas tanpa batas menyambut sang Pangeran dangdut.
Valen tidak serta merta menjadi bintang di panggung besar. Ia melewati banyak proses, dari panggung ke panggung bahkan hoby menyanyi sudah sejak dini.
Dalam wawancara oleh salah satu statiun TV, Valen kecil yang kerap kali juga ikut sang kakak menyumbang lagu pada acara-acara tertentu untuk melatih mental dan suara emasnya. Ia membakar semangat sejak dini, tidak hanya saat perayaan tertentu.
Makanan yang dibakar di atas bara tidak matang dalam sekejap. Ia membutuhkan waktu, kesabaran, dan perhatian. Seperti hidup orang Madura yang jarang instan. Tidak banyak keluhan, tidak banyak gembar-gembor. Yang penting, api tetap dijaga.
Sudah bisa ambil poin pentingnya?
Umumnya malam tahun baru diisi dengan tradisi bakar-bakaran untuk menyambut tahun baru. Orang-orang berkumpul bukan untuk berpesta besar, melainkan untuk memastikan satu hal: api kebersamaan masih menyala.
Di situlah momen berbagi cerita dan kisah bertahan hidup versi masing-masing. Melakukan banyak adegan dewasa untuk bertahan pada peliknya hidup, tentu tidak mudah. Beberapa, bahkan kebanyakan mereka merayakan moment-moment berharga sendiri.
Tahun baru sering dirayakan dengan nyala besar dan letupan sesaat. Namun, orang Madura mengajarkan hal sebaliknya: lebih penting menjaga api kecil agar tidak padam daripada menyalakan api besar yang cepat habis.
Sebab hidup, pada akhirnya, bukan tentang seberapa terang kita menyala, melainkan seberapa lama kita mampu bertahan. (*)














