SUMENEP || KLIKMADURA – Kekhawatiran warga Pulau Sapudi terhadap meningkatnya aktivitas gempa di wilayahnya makin serius. Mereka menduga, salah satu penyebab gempa itu adalah aktivitas eksploitasi migas.
Zainul Hasan, tokoh pemuda Pulau Sapudi mendesak perusahaan migas Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) untuk membuka data teknis kegiatan injeksi fluida di sekitar Pulau Sapudi.
Menurut Zainul, pihaknya telah melayangkan surat resmi kepada Pejabat PPID dan Unit HSSE HCML untuk meminta informasi detail terkait kegiatan injeksi yang diduga berpotensi memicu gempa induksi.
“Kami ingin tahu sejauh mana aktivitas industri migas memengaruhi kestabilan geologi di Pulau Sapudi. Warga berhak tahu karena ini menyangkut keselamatan publik,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).
Dalam surat tersebut, Zainul meminta HCML membuka data teknis sumur injeksi yang berjarak kurang dari 20 kilometer dari Pulau Sapudi. Data yang diminta meliputi volume injeksi harian, tekanan operasi, kedalaman injeksi, serta formasi batuan target.
Selain itu, pihaknya juga meminta laporan pemantauan lingkungan dan seismik, termasuk dokumen AMDAL dan RKL/RPL.
“Kami tidak menuduh, tapi ingin memastikan secara ilmiah apakah aktivitas itu ada kaitannya dengan gempa yang beberapa kali dirasakan warga. Dalam ilmu geofisika, fenomena ini disebut induced seismicity atau gempa induksi,” jelasnya.
Mantan aktivis PMII itu juga menyoroti aspek transparansi sosial dan ekonomi. Ia menanyakan berapa besar Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima daerah setiap tahun. Serta, besaran program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang diberikan kepada masyarakat terdampak.
“Kalau migas diambil dari perut bumi Madura, logis kalau masyarakat Madura juga harus tahu apa dampaknya dan apa manfaat yang mereka terima,” tegasnya.
Menurutnya, permintaan data tersebut berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Ia berharap HCML segera merespons dengan memberikan data secara terbuka dan terukur.
“Kami tidak mencari sensasi. Ini murni untuk kepentingan kajian ilmiah dan mitigasi kebencanaan. Jangan sampai masyarakat dibiarkan dalam ketidakpastian,” tandasnya.
Zainul menegaskan, jika perusahaan tidak segera memberikan klarifikasi, pihaknya akan berkoordinasi dengan akademisi dan lembaga lingkungan untuk mendorong investigasi lebih lanjut.
“Kami akan libatkan kampus dan ahli geofisika agar kajian ini objektif. Harapan kami, HCML mau bekerja sama dan tidak menutup diri,” pungkasnya. (nda)