Gejolak Industri Pertanian

- Jurnalis

Selasa, 24 September 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lahan pertanian tembakau di Kecamatan Pademawu, Pamekasan.

Lahan pertanian tembakau di Kecamatan Pademawu, Pamekasan.

Imdad Faiha Ila Sabila, Reporter Klik Madura

____________

TAK Terhitung jumlahnya, setiap hari kita menikmati hasil tani untuk menopang kebutuhan energi tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari makanan pokok seperti beras, sayur mayur hingga biji-bijian. Hasil tani dinikmati namun menjadi petani kurang diminati.

Padahal, negara kita Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang  selalu digadang-gadang bahwa ekonomi Indonesia sebagaian besar ditopang oleh industri pertanian. Benar kah begitu?

Di sisi lain, kita disibukkan dengan persiapan krisis pangan, padahal akar permasalahannya  yang jarang disoroti  publik adalah masalah  serius ini. Yaitu, menyusutnya jumlah petani di Indonesia.

Sebab, pekerja di sektor pertanian yang terus berkurang dari tahun ke tahun. BPS mencatat pada tahun 2023, hanya terdapat sekitar 6,18 juta petani muda atau 21,9 persen dari total petani di Indonesia.

Baca juga :  Wakil Ketua DPRD Pamekasan Apresiasi Penetapan BPP Tembakau 2025

Krisis regenerasi petani dapat berdampak luas pada ketahanan pangan dan perekonomian Indonesia. Dengan berkurangnya jumlah petani muda, inovasi dalam pertanian juga akan terhambat, sehingga dapat mengancam produksi pangan jangka panjang.

Tanpa regenerasi yang efektif, ketahanan pangan Indonesia bisa terancam, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi.

Berikut beberapa faktor utama menyusutnya generasi tani baru

1. Minimnya Akses Modal dan Teknologi

Petani muda mengalami kesulitan dalam megakses modal dan keterampilan bertani yang memadai. Terlebih, sirkulasi keuangan petani yang cukup lama. Petani harus menunggu hasil panen untuk menambah modal.

2. Urbanisasi Tinggi

Sektor non-pertanian lebih diminati karena dinilai lebih menjanjikan. Data menunjukkan bahwa generasi muda semakin menjauhi profesi petani, dengan hanya sekitar 21 persen petani berusia muda (19-39 tahun) di Indonesia.

Baca juga :  RUU Penyiaran: Ancaman Nyata Kebebasan Pers di Indonesia

3. Persepsi Negatif terhadap Profesi Petani

Profesi sebagai petani sering dianggap kurang bergengsi dan tidak menguntungkan dibandingkan dengan pekerjaan di sektor lain. Stigma ini berkontribusi pada rendahnya minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian.

4. Aging Farmer 

Aging farmer sebutan untuk fenomena yang mengindikasikan bahwa regenerasi petani tidak berjalan dengan baik. Sebagian besar petani di Indonesia berusia 40 hingga 60 tahun, sementara jumlah petani muda terus menyusut.

5. Tantangan Lingkungan dan Perubahan Iklim

Perubahan iklim dan tantangan lingkungan yang semakin kompleks memerlukan keahlian khusus, yang sering kali tidak dimiliki oleh generasi tua yang mendominasi sektor ini.

Baca juga :  Kenaikan Harga Cukai Rokok Harus Ditinjau Ulang

Dampak krisis regenerasi petani dapat berdampak luas pada ketahanan pangan dan perekonomian Indonesia. Dengan berkurangnya jumlah petani muda, inovasi dalam pertanian juga akan terhambat, yang dapat mengancam produksi pangan jangka panjang.

Tanpa regenerasi yang efektif, ketahanan pangan Indonesia bisa terancam, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi.

Krisis regenerasi petani di Indonesia memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional.

Dalam momentum pemilihan kepala daerah bisakah kita meminta janji kesejahteraan petani? Agar pemuda tak lagi gengsi menjadi petani sehingga profesi ini tak punah dan krisis pangan tak tercatat dalam sejarah. (*)

Berita Terkait

Gubernur Jawa Timur Bersekongkol dengan Para Bandit?
14 Tahun Partai NasDem, Arus Perubahan yang Tak Pernah Padam
Mengais Barokah, Menakar Pengabdian: Episentrum Kaderisasi NU dan Spirit Pengabdian Alumni Miftahul Ulum Bettet Pamekasan Di Kancah Nasional dan Global
Kegaduhan di Kangean Bukan Tanpa Sebab, PT KEI Harus Bertanggung Jawab!
Ketika Madura Mengajukan Diri Jadi Negara
Rudy Saladin dan Ramalan 2055
Darurat Militer Atau Darurat Nurani
Bukan Lagi Soal Sanksi, Ini Soal Budaya Politik

Berita Terkait

Minggu, 16 November 2025 - 03:46 WIB

Gubernur Jawa Timur Bersekongkol dengan Para Bandit?

Senin, 10 November 2025 - 21:58 WIB

14 Tahun Partai NasDem, Arus Perubahan yang Tak Pernah Padam

Minggu, 2 November 2025 - 03:30 WIB

Mengais Barokah, Menakar Pengabdian: Episentrum Kaderisasi NU dan Spirit Pengabdian Alumni Miftahul Ulum Bettet Pamekasan Di Kancah Nasional dan Global

Kamis, 30 Oktober 2025 - 14:35 WIB

Kegaduhan di Kangean Bukan Tanpa Sebab, PT KEI Harus Bertanggung Jawab!

Minggu, 5 Oktober 2025 - 13:17 WIB

Ketika Madura Mengajukan Diri Jadi Negara

Berita Terbaru