MADURA || KLIKMADURA – Keberadaan perusahaan pengeboran migas di Madura dinilai belum memberi kontribusi positif bagi masyarakat, terutama nelayan.
Padahal, akibat pengeboran migas itu, dampak paling besar justru dirasakan nelayan yang menggantungkan hidup dari laut.
H. Mohammad Wardan, tokoh nelayan Madura menegaskan, aktivitas pengeboran migas telah mempersempit area tangkap nelayan. Dari satu titik sumur saja, radius 500 meter di sekelilingnya dilarang ada aktivitas melaut.
“Itu sudah memakan area tangkap yang luas sekali, sedangkan di Madura sumur migasnya sangat banyak,” ujar Wardan.
Pengeboran migas juga mengganggu alur tangkap nelayan. Biasanya, nelayan melaut dengan arah lurus menuju lokasi ikan, tetapi kerap harus berbelok karena di depannya ada sumur migas.
Akibatnya, biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar semakin tinggi. Kemudian, hasil tangkap menurun drastis sehingga ekonomi nelayan makin sulit.
Wardan menilai, setiap kali terjadi insiden seperti pipa gas bocor atau kebakaran di laut, yang paling terdampak tetap para nelayan. Namun, mereka jarang mendapat perhatian serius dari pihak perusahaan maupun pemerintah.
“Program tanggung jawab sosial perusahaan atau TJSL itu ada, tapi realisasi tidak transparan dan dampaknya kecil sekali bagi kami,” tegasnya.
Tokoh nelayan asal Pamekasan itu menyebut, program pemberdayaan yang diberikan perusahaan migas tidak sebanding dengan kerugian yang dialami nelayan.
“Dana CSR dan TJSL itu harus dikelola terbuka. Programnya juga harus seimbang dengan dampak yang kami terima,” ujarnya.
Dia berharap, pemerintah tidak menutup mata atas penderitaan nelayan Madura yang makin kehilangan ruang hidup akibat eksploitasi migas. Wajib ada terobosan program yang menguntungkan bagi nelayan. (nda)