Korkab: Aktor Utama Kasus BSPS?

- Jurnalis

Rabu, 9 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Fauzi AS, Pengamat Kebijakan Publik.

____

KEJAKSAAN Tinggi Jawa Timur telah menggeledah rumah sang Korkab BSPS di Sumenep. Barang bukti telah dibawa.

Rumah sudah disisir, dompet mungkin juga sudah diperiksa, dan kucing  peliharaan pun barangkali ditatap dengan curiga.

Tapi pertanyaan yang lebih filosofis kini menyeruak. Bagaimana dengan berita keterlibatan oknum partai Merah dan Biru?

Atau sudah ada handphone oknum kepala desa yang ikut disita? Atau cukup satu Korkab dan satu dus barang bukti untuk menghibur publik?

Kita semua paham, di Sumenep BSPS itu seperti bukan singkatan dari Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, tapi Bantuan Stimulan Persekongkolan Sistematis.

Program swadaya hayalan yang hanya bisa berhasil jika diswadayakan oleh kepala desa, LSM, toko material, dan mungkin juga tukang parkir balai desa.

Mari Jujur Sebentar

Apa mungkin satu orang Korkab bisa membangun ekosistem pemotongan dana bantuan dari Sapeken sampai Ambunten?

Apa mungkin seorang Rizky Pratama, tanpa embel-embel kekuasaan lokal, bisa leluasa mengatur siapa dapat batu bata, dan siapa dapat janji saja?

Baca juga :  Ketika Dunia Tengah Porak-Poranda, Kita Di Mana?

Rasanya terlalu naif bila nanti kasus ini ditutup dengan satu koper berisi berkas dan satu nama sebagai tumbal pembesar.

Kita perlu ingat, banyak oknum kepala desa yang terekam kamera wartawan saat berkumpul malam-malam sebelum jadwal pemanggilan.

Menurut data lapangan, malam itu banyak oknum Kades yang mendadak menjadi “penjamin material”, “pengatur toko bangunan”, atau sekadar tukang bawa meteran.

Padahal sejatinya mereka sedang mengukur peluang untuk tidak ikut terseret.

Kini setelah rumah Korkab digeledah dan warga sempat menonton sinetron live action Kejati x TNI x Innova, muncul harapan-harapan baru.

  • Mudah-mudahan tidak ada calon tersangka yang hilang.
  • Tidak ada dokumen penting yang “terbakar.”
  • Tidak ada pesan WhatsApp yang mendadak unsend all.
  • Dan tentu saja, tidak ada handphone yang hilang sinyal begitu masuk ruang penyidik.

Sebab kita juga tahu, kadang hilangnya tersangka dalam kasus yang ditangani kejaksaan Sumenep seperti bagian dari tata cara ritual penyelidikan.

Baca juga :  Tokoh Kades Minta Menteri Ara Klarifikasi Terkait Pernyataan Program BSPS Sumenep Dikorupsi Rp 108 Miliar

Seperti dalam kasus PIP, sebuah kebiasaan yang lebih mistis dari hilangnya sandal di masjid.

Yang lebih lucu lagi adalah narasi “penggeledahan dramatis” dengan tentara bersenjata lengkap.

Seolah-olah sedang menyergap markas kartel narkoba di Meksiko, padahal targetnya cuma rumah pribadi seorang Korkab yang sehari-hari kerjaannya mengatur material pasir dan ukuran kayu kaso.

Apa ini langkah penegakan hukum atau justru langkah teatrikal untuk menciptakan ilusi serius di tengah publik yang sudah skeptis?

Publik sudah mulai muak disuguhkan cerita korupsi yang dimulai dengan meriah namun diakhiri dengan vonis bersyarat dan tepuk tangan bisu.

Sekarang kita tunggu, apakah para oknum kepala desa akan ikut dipanggil lagi? atau sudah ada elite politik yang telah memanggil mereka lebih dulu?

Atau justru akan dibiarkan bersembunyi di balik embel-embel “kami hanya membantu, pelaksana teknis di bawah komando Korkab”?

Jika hanya satu orang yang diseret, maka pesan yang tersirat kepada oknum pejabat desa sederhana. “Silakan kongkalikong asal jangan terlalu terlihat, dan jangan jadi Korkab,”.

Baca juga :  Tentang Sudut Pandang

Jadi, wahai Kejaksaan Tinggi yang terhormat, jangan jadikan BSPS sebagai teater satu aktor.

Jangan biarkan para pemain figuran bebas selfie sambil menyalahkan skenario.

Kalau benar ada pemotongan, ada manipulasi data, ada pemakaian KTP fiktif maka rakyat ingin tahu.

Siapa yang merancang gambar bagan kejahatan ini?

Karena Korkab kita duga hanya eksekutor, bukan penulis naskah. Dan terakhir, sebelum terlalu larut, izinkan saya bertanya satu hal yang polos.

Kira-kira ada tidak, elite politik atau oknum Kades yang akan ditahan duluan? Atau malah ada dosa elite yang ditimpakan pada orang yang telah meninggal?

Wallahu a’lam, rakyat kecil hanya berharap hukum berjalan lurus, jaksa tak lindungi tikus, dan BAP? Tidak tunduk pada oknum pengatur anggaran. Sebab korban BSPS hanya percaya pada kerja Jaksa Agung ibu kota. (*)

Berita Terkait

Gubernur Jawa Timur Bersekongkol dengan Para Bandit?
14 Tahun Partai NasDem, Arus Perubahan yang Tak Pernah Padam
Mengais Barokah, Menakar Pengabdian: Episentrum Kaderisasi NU dan Spirit Pengabdian Alumni Miftahul Ulum Bettet Pamekasan Di Kancah Nasional dan Global
Kegaduhan di Kangean Bukan Tanpa Sebab, PT KEI Harus Bertanggung Jawab!
Ketika Madura Mengajukan Diri Jadi Negara
Rudy Saladin dan Ramalan 2055
Darurat Militer Atau Darurat Nurani
Bukan Lagi Soal Sanksi, Ini Soal Budaya Politik

Berita Terkait

Minggu, 16 November 2025 - 03:46 WIB

Gubernur Jawa Timur Bersekongkol dengan Para Bandit?

Senin, 10 November 2025 - 21:58 WIB

14 Tahun Partai NasDem, Arus Perubahan yang Tak Pernah Padam

Minggu, 2 November 2025 - 03:30 WIB

Mengais Barokah, Menakar Pengabdian: Episentrum Kaderisasi NU dan Spirit Pengabdian Alumni Miftahul Ulum Bettet Pamekasan Di Kancah Nasional dan Global

Kamis, 30 Oktober 2025 - 14:35 WIB

Kegaduhan di Kangean Bukan Tanpa Sebab, PT KEI Harus Bertanggung Jawab!

Minggu, 5 Oktober 2025 - 13:17 WIB

Ketika Madura Mengajukan Diri Jadi Negara

Berita Terbaru

Ketua Badan Anggaran DPR RI asal Dapil XI Madura, MH Said Abdullah saat meresmikan GOR Said Abdullah di UIN Madura. (MOHAMMAD IQBALUL KHAVEI MZ / KLIKMADURA)

Pamekasan

UIN Madura Resmikan GOR Said Abdullah Senilai Rp3 Miliar

Sabtu, 22 Nov 2025 - 12:22 WIB