Oleh: Prengki Wirananda, Pemred Klik Madura.
——-
WACANA pendirian Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Madura pernah muncul dengan cara yang sederhana. Ia tidak membuat gaduh, tetapi meninggalkan kesan bahwa gagasan itu penting. Namun seperti banyak ide besar di daerah, ia berhenti sebelum menemukan tangan yang mau membawanya lebih jauh.
Kini PCNU Sumenep memiliki pengurus baru. Ada semangat baru untuk mewujudkan mimpi yang belum sempat menjadi kenyataan. Cukup didorong sedikit, kesempatan untuk mewujudkan UNU Madura terbuka lebar.
Sumenep sebenarnya menyimpan potensi yang besar, tetapi belum tersentuh penelitian yang serius. Kepulauan yang luas, laut dangkal yang kaya keunikan, hingga tanah kering yang menantang inovasi pertanian. Semuanya lebih sering hadir dalam sambutan seremonial daripada dibawa ke meja riset. Padahal penelitianlah yang mengubah pandangan, bukan pidato.
Karena itu, UNU Madura bukan sekadar proyek pendidikan. Ia adalah bagian dari pembangunan peradaban. Kampus yang dikelola dengan visi akan menjadi tempat gagasan diuji, diperbaiki, dan ditumbuhkan. Bukan sekadar tempat ijazah dicetak. Madura membutuhkan ruang seperti ini untuk memahami bahwa potensi lokal bukan hanya bahan retorika, tetapi peluang ilmiah yang nyata.
Bayangkan, jika laut Sumenep menjadi laboratorium terbuka bagi mahasiswa kelautan. Mereka bukan hanya membaca teori, tetapi menyelami arus, memetakan biota, dan mengembangkan teknologi budidaya laut yang lahir dari riset berkelanjutan. Pertumbuhannya tidak harus cepat. Yang penting konsisten dan terarah.
Potensi serupa juga ada pada sapi Madura. Selama ini ia menjadi kebanggaan budaya. Namun kebanggaan tanpa riset membuat kita menebak-nebak kemampuan sebenarnya. Dengan pendekatan genetika modern, sapi Madura bisa menjadi komoditas ilmiah, bukan hanya simbol tradisi.
Atau pertanian lahan kering. Jika UNU Madura memiliki pusat penelitian varietas tahan panas, irigasi presisi berbiaya rendah, dan konservasi tanah yang sesuai dengan iklim pulau, Sumenep bisa menjadi rujukan internasional dalam pertanian adaptif. Kesempatan itu ada, tinggal dipetik.
Inovasi lahir dari fondasi pengetahuan yang kuat. NU dapat menjadi jembatan yang mempertemukan sains modern dengan etika santri. Di titik itu, Madura bisa melahirkan ilmuwan yang tidak tercerabut dari akar nilai.
Jejaring NU sudah tersedia. Banyak universitas NU lain berkembang pesat. Contohnya bertebaran. Artinya, yang dibutuhkan bukan konsep baru, tetapi keberanian membuka kembali jalan yang pernah ditandai.
PCNU Sumenep tidak perlu memulai dengan langkah besar. Cukup membentuk tim kecil yang bekerja tenang, tidak sibuk membuat panggung, dan tidak menghabiskan waktu dalam rapat panjang. Mereka hanya bekerja menyiapkan fondasi. Sebab universitas lahir dari ketekunan, bukan dari slogan.
Jika kelak UNU Madura berdiri, Madura akan mendapatkan lebih dari sekadar kampus. Ia memperoleh cara baru melihat potensi daerahnya. Cara baru mendidik generasi muda. Cara baru menata masa depan tanpa harus bergantung pada kota-kota besar di luar pulau.
Madura memang bisa terus menjadi penonton kemajuan daerah lain. Tetapi Madura juga bisa memilih membangun masa depannya sendiri. Tidak menunggu orang luar. Tidak menunggu waktu yang dianggap lebih tepat.
Perubahan besar sering lahir dari langkah yang sederhana. Mengangkat kembali gagasan yang pernah jatuh adalah salah satu langkah itu.
UNU Madura mungkin tidak langsung mengubah segalanya. Tetapi ia bisa menjadi awal dari perubahan yang selama ini hanya dibicarakan, tetapi belum dimulai. Maaf. (*)
——-
Penulis saat sekarang aktif sebagai Pengurus PW Ansor Jatim Bidang SDA dan Lingkungan Hidup.














