Resolusi 2025: Menjaga Keseimbangan

- Jurnalis

Rabu, 1 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nasrul Hadi, Manajer Media Sosial Klik Madura.

——–

TAHUN 2024 sangat melelahkan, targetnya pun belum sepenuhnya tercapai, dari minta nambah momongan sampai nambah aset dalam kehidupan. Tapi alhamdulillah, tanpa diberi cobaan saja sudah bersyukur di tahun 2024 kemarin.

Ada sih beberapa cobaan dari rasa takut, sedikit penyakit yang saya yakin itu bukan cobaan tapi hanya teguran, dan mungkin hanya peluntur dosa yang saya lakukan di tahun-tahun sebelumnya.

Tahun 2024 sangat menyibukkan, keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan merupakan salah satu tantangan terbesar dalam kehidupan kemarin, terutama bagi mereka yang memiliki tanggung jawab besar di kedua ranah tersebut.

Dalam konteks ini, keseimbangan tidak berarti membagi waktu secara sama rata, melainkan memberikan perhatian yang cukup pada masing-masing aspek sesuai kebutuhan dan prioritas. Meskipun sering pulang larut malam dari bekerja, namun saya hadiahkan jiwa dan raga ini dengan mencium kening keluarga yang sedang tertidur pulas.

Baca juga :  Khofifah Gubernur Bukan Emak-emak Pasar Sayur

Tahun 2024 sangat mengasyikkan, sebagai seorang yang menurut saya sendiri adalah seorang profesional, tanggung jawab pekerjaan sering kali mendominasi waktu dan pikiran. Namun, syukur alhamdulillah diberikan keluarga kecil yang sangat pengertian.

“Ayah pulang jam berapa? bawain oleh-oleh yaa..”, kalimat itu sering muncul di whatsapp saya. Meskipun sesekali bawa oleh-oleh, ternyata mereka sudah tidak tahan dengan rasa kantuknya.

Menurut saya, keluarga adalah fondasi emosional dan spiritual yang memberikan makna dalam setiap upaya yang saya lakukan. Menjadi penyemangat dalam bekerja dan menjadi alasan kenapa saya harus bekerja untuk menafkahi mereka.

Membagi waktu secara adil adalah Langkah praktis untuk menjaga keseimbangan di antara keduanya. Jika salah satu diabaikan, mungkin kualitas hidup dapat terganggu, mempengaruhi kebahagiaan dan produktivitas secara keseluruhan.

Baca juga :  Sudahkah Anak-anak Indonesia Merdeka?

Tahun 2025 sangat diharapkan untuk mencapai keseimbangan, beberapa langkah praktis dapat dilakukan. Pertama, tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi.

Teknologi memungkinkan kita untuk bekerja kapan saja, tetapi disiplin dalam mematikan ponsel atau laptop di luar jam kerja adalah langkah penting untuk menjaga hubungan keluarga.

Kedua, prioritaskan komunikasi dengan keluarga, baik dalam menyelesaikan konflik maupun dalam berbagi kebahagiaan. Ketiga, kelola waktu dengan efektif, seperti menggunakan agenda atau to-do list untuk menghindari pemborosan waktu di tempat kerja.

Dan, yang terakhir fokuslah pada tugas dalam pekerjaan kita, jangan mentang- mentang kita tahu segalanya malah melakukan pekerjaan di luar jobdesk kita, meskipun kadang jurus ini dilakukan demi mendapatkan pujian atasan, hee..hee.. Kata pepatah madura, “Lakonah lakonih, kennengnah kennengih”.

Keseimbangan ini bukan hanya soal waktu, tetapi juga soal kualitas. Menghabiskan waktu dengan keluarga secara sadar dan bermakna, tanpa gangguan pekerjaan, jauh lebih berharga daripada waktu yang panjang tetapi tanpa perhatian penuh, terkadang meskipun berkumpul dengan keluarga, tapi kita malah sibuk dengan gawai kita masing-masing.

Baca juga :  Refleksi Diri dan Apresiasi: Menoleh Kembali untuk Maju Lebih Tangguh

Demikian pula saat di tempat kerja, fokuslah pada tugas sehingga pekerjaan selesai dengan efisien dan tidak mengganggu waktu pribadi.

Pada akhirnya, keseimbangan keluarga dan pekerjaan adalah tentang menemukan harmoni yang cocok dengan nilai-nilai dan tujuan hidup kita. Dengan menjaga keduanya dalam harmoni, kita dapat menikmati kehidupan yang lebih memuaskan, bahagia, dan bermakna. (*)

 

*Penulis juga mengamban amanah sebagai Wakil Rektor II di IAI NATA Sampang.

Berita Terkait

Rudy Saladin dan Ramalan 2055
Darurat Militer Atau Darurat Nurani
Bukan Lagi Soal Sanksi, Ini Soal Budaya Politik
Basmi Rokok Ilegal: Satir untuk Nur Faizin
Bangkalan Darurat Narkoba
Ketika Penis Patung Lebih Berguna daripada Pena Wartawan
Cyber-Utopianisme dan Realitas Generasi Muda
Saya Bukan Pejuang Kebenaran dan Keadilan. Toh Saya Masih Membela Orang Salah

Berita Terkait

Rabu, 17 September 2025 - 06:41 WIB

Rudy Saladin dan Ramalan 2055

Kamis, 4 September 2025 - 07:46 WIB

Darurat Militer Atau Darurat Nurani

Minggu, 31 Agustus 2025 - 13:58 WIB

Bukan Lagi Soal Sanksi, Ini Soal Budaya Politik

Jumat, 22 Agustus 2025 - 14:05 WIB

Basmi Rokok Ilegal: Satir untuk Nur Faizin

Sabtu, 9 Agustus 2025 - 15:12 WIB

Bangkalan Darurat Narkoba

Berita Terbaru