Oleh: Prengki Wirananda, Pemred Klik Madura.
—
SUMENEP genap berusia 756 tahun. Sebuah usia yang panjang, bahkan untuk ukuran sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Madura.
Tapi yang membuat Sumenep istimewa bukan hanya karena usianya, melainkan karena perjuangan panjang para pemimpinnya dalam menjaga kehidupan di antara daratan dan lautan.
Sumenep bukan daerah kecil. Ia terdiri dari 126 pulau. Ada 48 pulau yang berpenghuni, dan 78 lainnya dibiarkan kosong. Dari Sapeken hingga Masalembu, dari Kangean hingga Giligenting, semua punya persoalan sendiri.
Cuaca bisa berubah kapan saja, jarak bisa menjadi hambatan besar, tetapi roda pemerintahan tak boleh berhenti. Di tengah semua keterbatasan itu, ada sosok yang terus bekerja tanpa lelah. Sosok yang hadir bukan hanya di kantor, tetapi juga di tengah rakyatnya.
Bupati Sumenep hari ini bukan pemimpin yang biasa. Dia tidak duduk diam di balik meja sambil menunggu laporan datang. Tapi, turun langsung, menyapa masyarakat di desa-desa terpencil, menyeberangi laut.
Meninjau jembatan yang rusak, dan memastikan anak-anak tetap bisa sekolah. Kadang perjalanan itu harus menantang ombak besar, tapi semangatnya tidak pernah surut.
Tidak banyak bupati di Indonesia yang wilayahnya seluas ini. 27 kecamatan, 334 desa, dan sebagian besar dipisahkan oleh lautan. Tapi sang bupati tetap mampu menjalankan roda pemerintahan dengan tangkas.
Di tengah segala keterbatasan, pembangunan terus bergerak. Jalan diperbaiki, pelabuhan diperluas, fasilitas pendidikan dan kesehatan dibenahi. Sumenep mulai bangkit, sedikit demi sedikit, dari ketertinggalan yang selama ini membelitnya.
Yang membuat rakyat percaya adalah ketulusannya. tidak banyak bicara, tapi kerja kerasnya terlihat. Ia tidak menonjolkan diri, tapi hasil kerjanya terasa. Ia tahu betul bahwa menjadi bupati di Sumenep bukan sekadar soal jabatan, melainkan soal pengabdian.
Sumenep memang punya banyak tantangan. Pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur masih menjadi pekerjaan besar. Tapi satu hal yang pasti, masyarakat kini merasakan bahwa pemerintah hadir.
Di kepulauan yang dulu sepi perhatian, kini ada tanda-tanda kehidupan baru. Anak-anak bisa belajar lebih mudah, akses kesehatan mulai membaik, dan ekonomi rakyat perlahan tumbuh.
Tak ada pemimpin yang sempurna, tetapi ada pemimpin yang sungguh-sungguh berjuang. Bupati Sumenep adalah salah satunya. Ia tahu betul beratnya memimpin kabupaten yang dikelilingi laut.
Tapi ia memilih untuk tetap berlayar, meski kadang angin tak bersahabat. Ia percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah memastikan semua rakyatnya, tanpa kecuali, bisa merasakan manfaat dari pemerintahan yang ia pimpin.
Sumenep hari ini memang masih berjuang. Tapi perjuangan itu tidak lagi berjalan sendiri. Ada sosok yang berdiri di depan, menuntun arah, memegang kemudi dengan hati-hati, dan memastikan kapal besar bernama Sumenep ini tidak berhenti di tengah jalan.
Di hari jadi ke-756 ini, rakyat Sumenep patut bersyukur. Mereka punya bupati yang bekerja bukan karena ingin dipuji, tapi karena cinta.
Cinta pada tanah kelahirannya. Cinta pada masyarakatnya. Cinta pada Sumenep yang diapit laut luas, namun tak pernah kehilangan semangat hidup.
Karena di daerah seperti Sumenep, dibutuhkan bukan hanya pemimpin yang kuat, tetapi juga pemimpin yang sabar, yang mau mendengar, yang mau menjemput persoalan rakyat hingga ke pulau-pulau kecil. Dan hari ini, Sumenep punya itu.
Semoga bupati selalu sehat dan diberi kekuatan. Karena Sumenep masih panjang perjalanannya, dan rakyat masih sangat membutuhkan sosok seperti beliau, pemimpin yang tidak hanya hadir di upacara, tetapi benar-benar hadir di hati rakyatnya. (*)















