Satu Fikrah, Satu Harakah: Momentum Meneguhkan Arah Perjuangan NU Sumenep

- Jurnalis

Rabu, 26 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Prengki Wirananda, Pemred Klik Madura.

——

AHAD, 7 Desember 2025 nanti, Annuqayah Latee akan menjadi lebih ramai dari biasanya. Santri yang biasanya bergegas membawa kitab, kali ini akan berjalan berdampingan dengan para pengurus NU yang membawa harapan.

Bukan harapan yang mengambang di udara, tetapi harapan yang menjejak tanah Sumenep. Harapan bahwa konfercab PCNU bukan sekadar rutinitas lima tahunan.

Ia mirip pintu kayu tua yang selama ini tertutup perlahan dan kini siap dibuka kembali. Dari celahnya, kaum nahdliyin membayangkan cahaya baru yang bisa menghangatkan perjalanan NU ke depan.

Tema yang dipilih sederhana sekaligus dalam. Satu Fikrah, Satu Harakah. Kalimat pendek yang terdengar seperti ajakan pulang. Pulang pada kesatuan pikiran.

Pulang pada keselarasan langkah. Pulang pada cita-cita para muassis NU yang dahulu membangun organisasi ini dari kegelisahan paling murni bahwa umat membutuhkan bimbingan sekaligus perlindungan. Tema ini seperti tali halus yang ditarik perlahan agar NU kembali mengingat dirinya sendiri.

Kaum nahdliyin Sumenep ingin NU menjadi lebih baik. Ini bukan permintaan muluk. Ini suara yang terdengar di serambi musala, di acara tahlilan, di ruang tamu kiai kampung, bahkan di kedai kopi tempat para pemuda berdiskusi sampai larut.

Baca juga :  Di Hadapan Ulama Sumenep, Wapres Tekankan Pesantren Harus jadi Pusat Peradaban Islam

Mereka ingin NU yang lebih hadir. Bukan hanya hadir lewat baliho, tetapi hadir dalam persoalan yang membuat masyarakat resah. Ketimpangan pembangunan. Pendidikan yang timpang. Hilangnya ruang-ruang dialog.

Konfercab kali ini adalah pintu untuk membangkitkan kembali ruh itu. Dalam teori perubahan organisasi dikenal istilah organizational renewal. Yakni, pembaruan arah tanpa kehilangan jati diri. NU Sumenep membutuhkan momen ini agar tidak hanya besar karena struktur, tetapi kuat karena manfaatnya.

Para ahli manajemen menyebut kesempatan seperti ini sebagai transformative momentum, yaitu ketika organisasi berpeluang mengubah nasibnya sendiri jika berani menata ulang pikiran dan gerak.

Di tengah suasana seperti itu, kita kembali diingatkan pada sebuah kaidah ushuliyah bahwa segala tindakan tergantung tujuan. Al-umur bi maqashidiha. Jika tujuan NU adalah kemaslahatan umat maka seluruh energi organisasi harus mengarah ke sana. Ke mana lagi.

Konfercab menjadi kesempatan meneguhkan tujuan itu. Bahkan menjadi ruang untuk bertanya secara jujur, apakah selama ini langkah NU Sumenep sudah sejalan dengan pesan para masyayikh. Atau justru jalan itu perlu diberi koreksi halus agar kembali lurus.

Baca juga :  Saatnya Madura Menatap Energi Baru

Sabda Nabi bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain seharusnya menjadi tiang agar NU tidak bergerak tanpa arah. Organisasi ini berdiri untuk memberi manfaat. Maka kepemimpinan yang lahir dari konfercab harus membawa cahaya manfaat itu.

Program yang dihasilkan harus mendekatkan NU kepada masyarakat, bukan menjauhkan. NU tidak boleh menjadi organisasi yang hanya menyampaikan tausiyah, tetapi jauh dari problem sosial yang dihadapi umat setiap hari.

Sumenep sendiri bukan tanah yang asing bagi sejarah NU. Di sinilah pesantren menjadi pusat peradaban. Di sinilah para ulama menanamkan nilai keikhlasan dan keteguhan.

Karena itu Konfercab di Annuqayah Latee terasa seperti upacara pulang kampung. NU kembali ke rahim pembentukannya. Kembali ke hikmah. Kembali ke teladan para kiai yang tidak pernah berpikir tentang jabatan ketika berkhidmah, tetapi selalu berpikir tentang keberkahan.

Di forum seperti inilah kita perlu berhenti sejenak. Menata napas. Menata niat. NU tidak sedang memilih ketua. NU sedang memilih arah. Kaum nahdliyin Sumenep menginginkan pemimpin yang bukan hanya fasih bicara, tetapi fasih bekerja.

Baca juga :  Belajar Terukur dari Mas Ipin

Bukan hanya tenang dalam forum resmi, tetapi tenang dalam menghadapi persoalan umat. Bukan hanya kuat dalam tradisi keilmuan, tetapi kuat dalam membaca perubahan zaman yang semakin cepat.

Satu Fikrah, Satu Harakah adalah tema yang pendek tetapi memuat mimpi yang panjang. Mimpi menyatukan pikiran dan gerakan dalam satu garis lurus yang diwariskan para muassis.

Mimpi menjadikan NU Sumenep lebih relevan, lebih inklusif, lebih adaptif. Mimpi mengembalikan NU ke jalur perjuangannya yang murni. Jalur yang selalu mengutamakan kemaslahatan dan keumatan.

Jika Konfercab ini mampu menyalakan spirit itu, maka Annuqayah Latee tidak hanya menjadi tempat berlangsungnya sidang. Ia akan menjadi saksi kelahiran babak baru NU Sumenep.

Babak yang tidak berhenti pada seremonial tetapi benar-benar dirasakan oleh masyarakat di kampung-kampung. Babak yang membuat NU kembali menjadi rumah yang menenangkan.

Cahaya yang menuntun. Dan kekuatan sosial yang menggerakkan Sumenep menuju masa depan yang lebih baik. Maaf. (*)

——

Penulis juga pengurus PW Ansor Jawa Timur.

Berita Terkait

Ketika Kades Tak Lagi PERKASA
Madura Surganya Energi Baru Terbarukan
Saatnya Madura Menatap Energi Baru
Saatnya Kangean Pulih dari Luka Eksploitasi
Hari Jadi Kabupaten Sumenep: Terima Kasih Pak Bupati
Jejak Fosfat dan Bayang Uranium di Tanah Madura
B.J. Habibie dan Uranium yang Masih Misteri
Benarkah Bumi Madura Menyimpan Uranium?

Berita Terkait

Rabu, 26 November 2025 - 03:51 WIB

Satu Fikrah, Satu Harakah: Momentum Meneguhkan Arah Perjuangan NU Sumenep

Rabu, 12 November 2025 - 04:09 WIB

Ketika Kades Tak Lagi PERKASA

Senin, 3 November 2025 - 23:07 WIB

Madura Surganya Energi Baru Terbarukan

Senin, 3 November 2025 - 00:16 WIB

Saatnya Madura Menatap Energi Baru

Minggu, 2 November 2025 - 00:33 WIB

Saatnya Kangean Pulih dari Luka Eksploitasi

Berita Terbaru